Hindari 'Bahasa Bayi', Dokter Ingatkan Dampaknya pada Perkembangan Bicara Anak
Jakarta - Penggunaan 'bahasa bayi' atau baby talk dan pengucapan kata yang tidak jelas (cadel) saat berinteraksi dengan anak kecil, meskipun terdengar lucu dan menggemaskan, ternyata dapat berdampak negatif pada perkembangan kemampuan berbicara mereka. Dokter Mesty Ariotedjo, seorang spesialis anak dan pendiri Tentang Anak, menekankan pentingnya menghindari kebiasaan ini demi mendukung perkembangan bahasa anak yang optimal.
Dalam acara peluncuran Pojok Pintar di RSCM Kiara, Jakarta, Dokter Mesty menjelaskan bahwa anak-anak, terutama pada usia dini, sangat cepat dalam menyerap informasi dari lingkungan sekitar. Otak mereka berkembang pesat, mencapai 80% perkembangan pada usia dua tahun pertama. Periode ini menjadi masa krusial bagi anak untuk belajar dan meniru kata-kata serta kalimat yang mereka dengar. Jika orang dewasa terus-menerus menggunakan bahasa bayi atau mencadelkan kata, anak akan menganggap bahwa cara berbicara seperti itu adalah benar, dan mereka pun akan menirunya.
"Jika anak terus mendengar kata-kata yang dicadelkan, mereka akan mengira bahwa itulah cara pengucapan yang benar. Akibatnya, cara bicara mereka pun akan terpengaruh," ujar Dokter Mesty.
Dokter Mesty menyarankan agar orang tua dan pengasuh tetap menggunakan bahasa yang benar dan jelas saat berbicara dengan anak, bahkan sejak bayi. Meskipun pada awalnya anak mungkin belum bisa mengucapkan kata-kata dengan sempurna, orang dewasa tetap harus memberikan contoh pengucapan yang tepat. Misalnya, jika anak mengatakan "mimi cucu" untuk meminta susu, orang tua sebaiknya tidak menanggapi dengan mengikuti bahasa anak, tetapi dengan mengoreksi secara lembut dan mengucapkan "minum susu" dengan jelas.
Berikut adalah poin-poin penting yang ditekankan oleh Dokter Mesty:
- Hindari bahasa bayi dan pengucapan cadel: Kebiasaan ini dapat menghambat perkembangan artikulasi bicara anak.
- Gunakan bahasa yang benar dan jelas: Berikan contoh pengucapan yang tepat sejak dini.
- Koreksi kesalahan pengucapan dengan lembut: Jangan meniru bahasa anak yang belum sempurna.
- Stimulasi bahasa sejak bayi: Ajak anak berbicara, membacakan buku, dan bernyanyi.
Perkembangan bahasa anak pada dua tahun pertama kehidupannya sangatlah pesat dan krusial. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memberikan stimulasi yang tepat dan menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dapat menghambat perkembangan kemampuan berbicara anak. Dengan memberikan contoh bahasa yang baik dan benar, kita dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang komunikatif dan percaya diri.
Dokter Mesty menambahkan, stimulasi bahasa dapat dimulai sejak bayi berusia tiga bulan, yaitu ketika mereka mulai mengeluarkan ocehan. Orang tua dapat merespons ocehan bayi dengan berbicara kembali kepada mereka, membacakan buku, atau menyanyikan lagu. Interaksi ini akan membantu bayi belajar mengenali suara dan kata-kata, serta mengembangkan kemampuan berkomunikasi mereka.