Kontroversi Konten Rendang Willie Salim: Helmy Yahya Soroti Dampak Negatif dan Minta Maaf Tulus
Kontroversi Konten Rendang Willie Salim: Helmy Yahya Soroti Dampak Negatif dan Minta Maaf Tulus
Video konten Willie Salim yang menampilkan hidangan rendang hilang di tengah keramaian acara di Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang, Sumatera Selatan, menuai kritik dan kontroversi. Ketua Asosiasi Konten Kreator Seluruh Indonesia (AKKSI), Helmy Yahya, secara terbuka menyampaikan kekecewaannya dan menyarankan Willie Salim untuk meminta maaf secara tulus kepada masyarakat Palembang.
Helmy Yahya mengungkapkan bahwa Willie Salim telah menemuinya untuk meminta maaf atas konten tersebut. Namun, Helmy menekankan bahwa permintaan maaf saja tidak cukup. Ia menyampaikan bahwa banyak masyarakat Palembang merasa tersinggung dan terluka akibat video yang dianggap tidak bertanggung jawab tersebut.
"Pagi tadi Willie Salim sudah menemui saya. Dia sudah minta maaf, tapi saya betul-betul menekankan bahwa pantas kami itu tersinggung ya dan banyak sekali orang-orang Palembang, baik di sana maupun dirantau yang merasa tersinggung dan tersakiti akibat video konten yang dibuat demikian tidak bertanggung jawab," ujar Helmy.
Menurut Helmy, konten tersebut menunjukkan perencanaan yang kurang matang dan berpotensi merugikan masyarakat luas. Ia menjelaskan bahwa ketidakmatangan persiapan sama dengan merencanakan kegagalan. Meskipun kegagalan adalah hal yang wajar, namun dalam konteks ini, kegagalan tersebut berdampak pada masyarakat Palembang.
"Saya katakan kepada Willie, boleh saja kamu mengatakan bahwa persiapan tidak matang. Nah persiapan tidak matang itu menunjukkan gagal membuat perencanaan. Gagal membuat perencanaan sama saja dengan merencanakan kegagalan," jelasnya.
Helmy Yahya juga menyoroti aspek keamanan dalam pembuatan konten tersebut. Ia mengkritik mengapa rendang yang dipilih sebagai hidangan yang dimasak di tengah kerumunan, bukan makanan lain yang lebih cepat disajikan seperti pindang atau pempek. Selain itu, ia menyayangkan hidangan yang telah dimasak ditinggalkan begitu saja di tengah kerumunan, sehingga membuka peluang bagi tindakan yang tidak diinginkan. Ia mengutip pesan Bang Napi bahwa kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat, tetapi juga karena ada kesempatan.
"Dan Willie Salim sudah membuat kesempatan orang untuk mengambil (kejahatan). Kenapa rendang yang dimasak, kenapa tidak pindang, kenapa tidak pempek yang lebih cepat dimasak. Kan ini dimasaknya habis berbuka, jadi orang tidak lama menunggu," katanya.
Helmy Yahya juga berpendapat bahwa pihak penyelenggara acara turut bertanggung jawab atas insiden tersebut karena melakukan pembiaran terhadap barang yang ditinggalkan di tengah kerumunan. Ia menduga bahwa konten tersebut memiliki unsur setting-an atau rekayasa.
Sebagai penutup, Helmy Yahya memberikan saran kepada Willie Salim untuk meminta maaf secara tulus kepada masyarakat Palembang. Ia juga mengajak seluruh konten kreator untuk lebih berhati-hati dalam membuat konten yang berpotensi merugikan orang lain.
"Saya sarankan untuk minta maaf tulus kepada satu masyarakat besar. Saya juga mengajak konten kreator untuk mempertimbangkan konten yang bisa merugikan banyak orang, tolong lebih berhati-hati. Semoga kita semua mengambil hikmah dan kasus seperti ini tidak terulang," ujarnya.
Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi para konten kreator untuk mempertimbangkan dampak sosial dan etika dalam setiap konten yang mereka buat. Kreativitas memang penting, namun tanggung jawab terhadap masyarakat juga merupakan hal yang tak kalah penting.