Masjid Agung Kanoman: Harmoni Sejarah, Tradisi, dan Kesejukan Spiritual di Jantung Cirebon
markdown
Masjid Agung Kanoman: Harmoni Sejarah, Tradisi, dan Kesejukan Spiritual di Jantung Cirebon
Di tengah hiruk pikuk Kota Cirebon, berdiri kokoh sebuah bangunan bersejarah yang menyimpan jejak peradaban Islam dan kearifan lokal: Masjid Agung Keraton Kanoman. Lebih dari sekadar tempat ibadah, masjid ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang Kesultanan Kanoman, sebuah pusat kebudayaan yang terus menjaga tradisi luhur hingga kini.
Terletak strategis di belakang Pasar Kanoman dan dekat dengan Alun-alun Keraton Kanoman, masjid ini menawarkan oase kesejukan spiritual bagi siapa saja yang mengunjunginya. Arsitekturnya yang khas, dengan gapura kembar berwarna putih berhiaskan ornamen emas, langsung menyambut kedatangan para peziarah. Papan informasi di depan masjid menegaskan tujuan mulia pendiriannya: sebagai simbol keraton yang menjunjung tinggi dan mengembangkan ajaran Islam.
Memasuki area serambi, pengunjung akan disambut dengan ruang luas beratap genteng yang disangga oleh deretan kayu berwarna hijau. Lampu-lampu antik yang menggantung dari langit-langit menambah kesan klasik dan khidmat. Sebelum memasuki ruang utama, area wudu yang terletak di samping masjid menjadi tempat untuk membersihkan diri, mempersiapkan hati dan pikiran untuk beribadah.
Ruang utama masjid memancarkan keindahan yang memukau. Ornamen keramik Cina menghiasi bagian depan dekat mimbar, berpadu serasi dengan ukiran kayu yang menghiasi dinding. Atap berbentuk limas yang terbuat dari kayu, ditopang oleh empat pilar jati yang kokoh, menciptakan suasana sejuk dan nyaman. Hembusan angin yang masuk melalui celah-celah atap membawa kesegaran alami, membuat betah siapapun yang berada di dalamnya.
Masjid Agung Keraton Kanoman bukan hanya tempat untuk melaksanakan salat lima waktu. Di bulan Ramadan, masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan, seperti tadarus Al-Quran dan kegiatan sosial lainnya. Selain itu, masjid ini juga menjadi lokasi penting dalam penyelenggaraan berbagai tradisi keraton, seperti Panjang Jimat, Pelal, Tawasulan, dan Marhabanan. Saat tradisi Panjang Jimat berlangsung, area dalam masjid akan ditutup sementara untuk menghormati prosesi sakral tersebut.
Menurut catatan sejarah, Masjid Agung Keraton Kanoman didirikan pada tahun 1930 M. Terdapat dua versi mengenai pendirinya: Sultan Raja Muhammad Zulkarnaen dan Sultan Badridin. Pada awalnya, masjid ini hanya digunakan untuk salat lima waktu dan acara tradisi keraton. Baru pada masa pemerintahan Sultan Djamaluddin (1989-2002), Masjid Agung Keraton Kanoman mulai digunakan untuk salat Jumat.
Sebelumnya, Sultan Kanoman melaksanakan salat Jumat di Masjid Sang Cipta Rasa, yang terletak di dekat Keraton Kasepuhan Cirebon. Perubahan ini menandai evolusi peran Masjid Agung Keraton Kanoman dalam kehidupan keagamaan masyarakat Cirebon.
Meskipun telah berusia hampir satu abad, Masjid Agung Keraton Kanoman tetap berdiri kokoh dan menjadi pusat kegiatan ibadah serta pelestarian tradisi. Bagi para pelancong yang ingin merasakan kedamaian dan keindahan sejarah, Masjid Agung Keraton Kanoman adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Alamatnya berada di Jalan Kanoman Utara, RW 10, Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon.
Masjid Agung Keraton Kanoman bukan hanya sekadar bangunan fisik. Ia adalah simbol identitas, warisan budaya, dan sumber inspirasi bagi generasi penerus. Melalui arsitekturnya, tradisi yang dilestarikan, dan suasana spiritual yang dihadirkan, masjid ini terus memancarkan cahaya Islam yang menyejukkan di jantung Kota Cirebon.