IHSG Menguat, Rupiah Perkasa di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Tarif AS

IHSG Menguat, Rupiah Perkasa di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Tarif AS

Pagi ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka dengan kabar positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan signifikan, sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) juga menguat. Penguatan ini terjadi di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan tarif impor baru yang diterapkan pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap Meksiko, Kanada, dan China.

Pada pukul 09.02 WIB, IHSG tercatat berada di level 6.445,57, meningkat 65,17 poin atau 1,02 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di angka 6.380,40. Pergerakan positif ini ditunjukkan oleh 227 saham yang berada di zona hijau, sementara 85 saham berada di zona merah, dan 176 saham lainnya stagnan. Nilai transaksi hingga pukul 09.02 WIB mencapai Rp 587,57 miliar dengan volume 480,40 juta saham. Kenaikan ini memberikan sinyal optimisme di pasar saham domestik, meskipun terdapat kekhawatiran global.

Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menganalisis bahwa kebijakan tarif impor AS menimbulkan tekanan bagi pelaku pasar dan investor. Ketidakpastian dampak kebijakan tersebut terhadap ekonomi global menjadi perhatian utama. Ia menambahkan, “Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi melemah terbatas dengan support dan resistance di level 6.270–6.530. Namun demikian, penembusan di bawah support 6.293 akan membuka jalan untuk melanjutkan tren turun sebelumnya menuju 6.124, terutama jika IHSG menembus support Fibonacci 6.226.”

Di sisi lain, program hilirisasi dan ketahanan energi nasional yang dicanangkan pemerintah Indonesia diharapkan mampu menjadi penyeimbang. Tahap awal program ini akan mencakup 21 proyek dengan total investasi sebesar 40 miliar dolar AS, bagian dari target 618 miliar dolar AS hingga tahun 2025. Program ini diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi domestik dan memberikan sentimen positif bagi pasar modal.

Pergerakan IHSG juga mencerminkan tren di bursa regional Asia. Strait Times mencatatkan kenaikan 0,22 persen (8,43 poin) di level 3.899,19, Nikkei 225 naik 0,15 persen (55,5 poin) ke level 37.374, dan Hang Seng mengalami penguatan signifikan sebesar 2,25 persen (516,98 poin) ke level 23.458,75. Hanya Shanghai Composite yang mengalami penurunan tipis sebesar 0,10 persen (3,35 poin) di level 3.320,86.

Sementara itu, di pasar valuta asing, rupiah menunjukkan kinerja positif terhadap dolar AS. Pada pukul 09.35 WIB, rupiah berada di level Rp 16.411 per dolar AS, menguat 34,00 poin (0,34 persen) dibandingkan penutupan hari sebelumnya di Rp 16.445 per dolar AS. Penguatan rupiah ini sejalan dengan pelemahan indeks dolar AS ke level 105.6, yang merupakan level terendah sejak awal Desember 2024. Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran atas dampak negatif kebijakan tarif impor AS terhadap ekonomi global.

Ariston Tjendra, pengamat pasar uang, menjelaskan bahwa meskipun indeks dolar AS melemah, nilai tukar mata uang negara berkembang (emerging market) masih berpotensi melemah karena statusnya sebagai aset berisiko. Ia memprediksi potensi pelemahan rupiah hingga ke level Rp 16.500 per dolar AS, dengan support di sekitar Rp 16.400. Potensi perang dagang akibat kebijakan tarif impor AS berpotensi mengganggu perekonomian negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.

Secara keseluruhan, pergerakan IHSG dan rupiah pagi ini menunjukkan resiliensi ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Namun, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat potensi dampak negatif kebijakan tarif AS terhadap perekonomian global dan pasar keuangan domestik.