Ancaman Gelombang Panas: Produksi Susu Terancam, Peternak Kecil Paling Merugi
Gelombang Panas Mengancam Produksi Susu, Peternak Kecil Rentan
Gelombang panas ekstrem yang semakin sering terjadi menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian, khususnya industri peternakan sapi perah. Studi terbaru dari University of Illinois di Urbana-Champaign, AS, mengungkapkan dampak signifikan panas ekstrem terhadap produksi susu, dengan peternak skala kecil menjadi pihak yang paling merasakan kerugian.
Dampak Panas Ekstrem pada Produksi Susu
Penelitian menunjukkan bahwa suhu panas dan kelembaban tinggi dapat menyebabkan penurunan hingga 1% dalam produksi susu tahunan. Marin Skidmore, salah satu peneliti, menjelaskan bahwa sapi, layaknya manusia, mengalami stres akibat panas. Kondisi ini memicu berbagai dampak negatif, termasuk peningkatan risiko infeksi, kegelisahan, penurunan nafsu makan, dan pada akhirnya, penurunan produksi susu.
Penurunan produksi susu ini tentu saja berdampak langsung pada pendapatan peternak. Analisis data produksi susu dari sembilan negara bagian Midwest AS, yang melibatkan lebih dari 56 juta catatan dari 18.000 peternakan sapi perah antara tahun 2012 dan 2016, memperkuat temuan ini.
Para peneliti tidak hanya mengukur volume susu, tetapi juga menyesuaikan data dengan kandungan protein dan lemak untuk memperkirakan kualitas susu secara lebih akurat, yang menjadi penentu harga. Data produksi yang telah disesuaikan kemudian dikombinasikan dengan data cuaca harian untuk suhu dan kelembaban. Dari sini, dihitunglah indeks suhu-kelembaban yang paling akurat untuk mencerminkan tingkat stres panas yang dialami sapi. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata 1% dari produksi susu tahunan hilang akibat stres panas, setara dengan kerugian sekitar 245 juta dollar AS.
Kerentanan Peternak Skala Kecil
Yang lebih mengkhawatirkan, stres panas berdampak lebih besar pada peternakan kecil. Peternakan dengan jumlah sapi kurang dari 100 ekor mengalami kerugian rata-rata 1,6% dari hasil tahunan mereka. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya dan kemampuan untuk menerapkan strategi mitigasi yang efektif.
Peternakan besar umumnya memiliki kemampuan untuk mengadopsi solusi seperti sisi kandang terbuka, kipas angin, dan alat penyiram untuk mengurangi dampak panas. Namun, investasi semacam ini seringkali di luar jangkauan peternak kecil. Bahkan dengan strategi mitigasi terbaik sekalipun, perlindungan penuh dari tekanan panas ekstrem sulit dicapai.
Skidmore menambahkan, "Tingkat intensitas panas yang lebih rendah berpotensi dapat dikelola dengan beberapa praktik yang tersedia. Pada tingkat tersebut, peternakan terbesar tidak benar-benar mengalami kerugian yang nyata, dan di situlah kita mulai melihat perbedaan antara peternakan kecil dan besar. Namun, ada tingkat tekanan panas yang sangat panas dan lembab sehingga Anda tidak dapat sepenuhnya mengelolanya."
Proyeksi Masa Depan dan Implikasi Kebijakan
Dengan menggunakan prediksi dari 22 model iklim yang berbeda, para peneliti memproyeksikan bahwa kerugian produksi susu akibat panas ekstrem akan meningkat sekitar 30% pada tahun 2050. Peningkatan ini disebabkan oleh frekuensi hari-hari dengan suhu panas ekstrem yang diperkirakan akan semakin meningkat.
Temuan ini memiliki implikasi penting bagi pembuat kebijakan. Jika produksi susu dianggap sebagai prioritas, peternakan kecil akan memerlukan dukungan yang lebih besar agar tetap kompetitif di masa depan. Dukungan ini dapat berupa subsidi untuk investasi dalam teknologi mitigasi panas, program pelatihan untuk praktik manajemen yang lebih baik, atau kebijakan lain yang bertujuan untuk mengurangi kerentanan peternak kecil terhadap perubahan iklim.
Studi ini, yang dipublikasikan dalam jurnal Food Policy, menyoroti pentingnya mengatasi dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian dan melindungi mata pencaharian peternak kecil. Tanpa tindakan yang tepat, industri susu dan para pelaku di dalamnya akan menghadapi tantangan yang semakin besar di masa depan.
Strategi Mitigasi yang Bisa Diterapkan:
- Sisi kandang terbuka
- Kipas angin
- Alat penyiram