Pondok Pesantren Alam Maroko: Perjuangan Menghafal Al-Quran di Tengah Stigma dan Penolakan Warga

Pondok Pesantren Alam Maroko: Kisah Keteguhan di Balik Penolakan dan Fitnah

Di sebuah sudut terpencil Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, tepatnya di Desa Mekarjaya, Kecamatan Cihampelas, berdiri Pondok Pesantren Alam Maroko. Pondok pesantren ini menjadi saksi bisu perjuangan panjang dalam menegakkan pendidikan Al-Quran di tengah berbagai rintangan dan penolakan.

Sejak didirikan pada tahun 2018, Pondok Pesantren Alam Maroko harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari penolakan warga sekitar, kesulitan mendapatkan izin, hingga tuduhan penyebaran ajaran sesat. Pendiri pesantren, Dadang Budiman, mengungkapkan bahwa mereka harus berjuang selama empat tahun untuk bisa beraktivitas dengan tenang.

"Kurang lebih, kami bertahan dengan segala konflik itu selama 4 tahun. Baru sekarang bisa beraktivitas dengan cukup tenang," ujar Dadang Budiman.

Tuduhan Tak Berdasar dan Stigma Negatif

Selama masa sulit tersebut, Dadang dan para pengurus pesantren kerap kali menerima tuduhan-tuduhan tanpa dasar yang menciptakan stigma negatif terhadap Pondok Pesantren Alam Maroko. Mereka dituduh menyebarkan ajaran sesat, pengurusnya dituduh memiliki hobi menikah, mengganggu ketertiban, dan berbagai tuduhan lainnya.

"Kami dituduh menyebarkan ajaran sesat, pengurusnya dituduh hobi nikah, mengganggu ketertiban dan banyak hal lain. Bahkan saya dituduh punya 9 istri. Saya sampai bilang kalau bisa menemukan istri kedua, saya kasih mobil. Intinya kami diminta tidak berada di situ," ucap Dadang, menggambarkan betapa beratnya tekanan yang mereka hadapi.

Dugaan Motif di Balik Penolakan: Sabung Ayam

Setelah ditelusuri lebih lanjut, terungkap bahwa penolakan terhadap Pondok Pesantren Alam Maroko diduga kuat dipicu oleh kekhawatiran sebagian warga akan terganggunya kegiatan sabung ayam yang berlokasi tidak jauh dari pesantren. Kehadiran pesantren dengan nilai-nilai agama yang kuat dianggap sebagai ancaman terhadap praktik ilegal tersebut.

"Informasi yang saya dapat ada sabung ayam. Mereka gelisah kehadiran pesantren ini mengganggu itu. Padahal kita tidak pernah ada gerakan apapun terhadap aktivitas itu. Sampai sekarang bahkan saya nggak tahu di situ ada sabung ayam," jelas Dadang.

Fokus pada Hafalan Al-Quran dan Nilai-Nilai Kebangsaan

Pondok Pesantren Alam Maroko fokus pada pendidikan Al-Quran, dengan kurikulum yang menekankan 80% hafalan Al-Quran dan 20% materi yang mengikuti kurikulum dari Kementerian Agama (Kemenag). Sejak awal berdiri, pesantren ini telah berhasil mencetak sekitar 40 hafidz quran, dengan target setiap santri mampu menghafal Al-Quran dalam waktu tiga tahun.

Selain fokus pada hafalan Al-Quran, Pondok Pesantren Alam Maroko juga menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan toleransi kepada para santri. Nilai-nilai ini diharapkan menjadi bekal bagi mereka untuk hidup bermasyarakat setelah lulus dari pesantren.

Pembekalan Wawasan Kebangsaan dari Kemenag

Guna memperkuat nilai-nilai kebangsaan, santri Pondok Pesantren Alam Maroko mendapatkan pembekalan wawasan kebangsaan dari Kementerian Agama (Kemenag) Bandung Barat. Kepala Seksi Pendidikan dan Keagamaan Islam pada Kantor Kemenag KBB, Mukti Hartono, menjelaskan bahwa pembekalan ini penting untuk menumbuhkan integritas dan cinta tanah air di kalangan santri, terutama di tengah penurunan nilai-nilai kebangsaan di kalangan generasi Z dan generasi Alpha.

"Santri di Ponpes Alam Maroko mendapatkan pembekalan soal wawasan kebangsaan. Ini penting didapat oleh para santri," ucap Mukti Hartono.

Materi pembekalan fokus pada nilai toleransi dan nasionalisme. Nilai toleransi diharapkan dapat diterapkan oleh para santri setelah lulus dari pesantren, mengingat mereka akan dihadapkan pada realitas masyarakat yang beragam. Sementara itu, nilai nasionalisme diharapkan menjadi landasan untuk persatuan dan menjaga tanah air dengan memupuk nilai-nilai agama.

"Sehingga santri yang dibekali wawasan kebangsaan tidak mudah tersulut hal-hal negatif, seperti rasisme, diskriminasi, bahkan SARA," tandas Mukti Hartono.

Kisah Pondok Pesantren Alam Maroko adalah cerminan dari keteguhan dan semangat dalam memperjuangkan pendidikan Al-Quran di tengah berbagai tantangan. Meskipun menghadapi penolakan, fitnah, dan stigma negatif, pesantren ini terus berupaya mencetak generasi hafidz quran yang berwawasan kebangsaan dan memiliki nilai-nilai toleransi yang tinggi.