Desa Koa, TTS Jadi Model Nasional Program Makan Bergizi Gratis: Apresiasi dan Tantangan di Daerah Terpencil
Desa Koa, TTS Jadi Model Nasional Program Makan Bergizi Gratis: Apresiasi dan Tantangan di Daerah Terpencil
Desa Koa, sebuah wilayah terpencil di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), telah ditunjuk sebagai percontohan nasional untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto. Penunjukan ini disambut dengan antusiasme dan harapan besar, namun juga menyadari tantangan logistik dan infrastruktur yang ada di wilayah tersebut.
Apresiasi dan Dukungan Penuh
Pemerintah Kabupaten TTS menyambut baik penunjukan Desa Koa sebagai model percontohan. Sekretaris Daerah (Sekda) TTS, Edison Sipa, menyampaikan rasa syukur dan keyakinannya bahwa program MBG akan sukses dilaksanakan di wilayahnya, meskipun dihadapkan pada berbagai keterbatasan. Apresiasi juga disampaikan kepada Yayasan Wadah Titian Harapan, yang melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), berperan penting dalam mewujudkan program ini.
Deputi Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN), Tigor Pangaribuan, yang juga menjabat sebagai Tenaga Ahli Utama BGN, turut mengapresiasi semangat dan kerja keras pengelola SPPG dalam mempersiapkan segala kebutuhan untuk program MBG. Meskipun medan menuju Desa Koa sangat menantang, antusiasme dan dedikasi warga setempat menjadi modal penting untuk kesuksesan program ini. Tigor juga menekankan pentingnya dukungan dari Pemkab TTS untuk memastikan kelancaran program MBG secara keseluruhan.
Ketua DPRD NTT Fernando Ozorio Soares, tim dari UNICEF, serta sejumlah pejabat lainnya turut hadir dalam kunjungan tersebut, menunjukkan dukungan yang luas terhadap inisiatif ini.
Persiapan Intensif dan Keterlibatan Masyarakat
Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI), Janse Priskila Punuf, menjelaskan bahwa berbagai persiapan telah dilakukan, termasuk penyiapan ruang untuk dapur MBG. SPPG di Desa Koa akan melayani 14 sekolah dengan total 1.200 penerima manfaat, termasuk anak sekolah, ibu hamil, dan balita. Sebanyak 17 tenaga kerja lokal terlatih telah disiapkan untuk mengolah dan mendistribusikan makanan bergizi.
Ketersediaan bahan makanan lokal juga menjadi faktor pendukung. Desa Koa merupakan penghasil beras, sayuran, dan ternak sapi. Kendala terkait buah-buahan akan diatasi dengan mendatangkannya dari luar wilayah. Penggunaan telur ayam kampung juga menjadi prioritas karena ketersediaannya.
Tantangan Medan dan Inovasi Energi Terbarukan
Salah satu alasan Desa Koa dipilih sebagai proyek percontohan adalah karena topografinya yang sulit. Akses menuju desa ini sangat terbatas, dengan kondisi jalan yang buruk dan sungai-sungai yang harus diseberangi. Tim BGN bahkan harus melewati lima sungai dengan lebar sekitar 40 meter, yang seringkali menjadi penghalang saat musim hujan.
Namun, tantangan ini juga memicu inovasi. Masyarakat Desa Koa telah memiliki pengalaman dalam memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT). Sejak tahun 2013, Yayasan Wadah Titian Harapan telah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) di desa ini. Bahkan, ibu-ibu rumah tangga pernah dikirim ke India untuk belajar tentang solar cell. Saat ini, lebih dari 300 kepala keluarga (KK) telah menggunakan listrik energi baru terbarukan.
Sebagai bentuk dukungan, mitra program MBG, Antonio Sarmento, menyerahkan satu unit kompor yang menggunakan energi baru terbarukan (EBT) kepada SPPG. Kompor ini akan digunakan di lokasi-lokasi terpencil karena tidak memerlukan elpiji maupun listrik.
Model Pelayanan di Daerah Terpencil
Desa Koa diharapkan menjadi model pelayanan program MBG di daerah-daerah terpencil dan terisolasi. Tigor Pangaribuan menjelaskan bahwa untuk sekolah-sekolah yang lokasinya jauh, akan dihadirkan dapur satelit untuk memastikan makanan tiba tepat waktu. Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait untuk menyukseskan program ini.
Kunjungan ke PAUD Monit Feu yang bersebelahan dengan SPPG menjadi momentum untuk meminta dukungan seluruh warga dalam menyukseskan program Prabowo-Gibran. Tigor juga berpesan agar masyarakat selalu bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung program ini.
Dengan semangat gotong royong dan inovasi, Desa Koa siap menjadi bukti bahwa program Makan Bergizi Gratis dapat diwujudkan, bahkan di wilayah yang paling terpencil sekalipun.
Daftar Perlengkapan yang perlu disiapkan:
- Alat masak yang memadai
- Dapur satelit untuk sekolah terpencil
- Kompor EBT
- Solar Cell