Tradisi Ramadan di Kalimantan Selatan: Bubur Sabilal, Warisan Kuliner yang Melegenda

markdown Setiap kali bulan Ramadan tiba, Masjid Raya Sabilal Muhtadin di Kalimantan Selatan menjadi pusat perhatian, bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai lokasi dibagikannya hidangan istimewa: Bubur Sabilal. Bubur gurih ini bukan sekadar makanan, melainkan simbol tradisi dan kebersamaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Sejarah Panjang Bubur Sabilal

Kisah Bubur Sabilal bermula sejak Masjid Sabilal Muhtadin didirikan pada tahun 1981. Ide awalnya sederhana: menyediakan hidangan berbuka yang mengenyangkan namun tidak membuat perut terasa penuh. Nenek Ani, seorang warga yang memiliki kepedulian tinggi, bersama teman-temannya berinisiatif membuat bubur dengan resep khusus. Resep ini kemudian diturunkan kepada anak cucunya, dan Ani menjadi generasi ketiga yang melestarikan tradisi mulia ini.

"Sudah dari awal Masjid Sabilal berdiri. Dari tahun 1981," ujar Ani, sang penerus tradisi, kepada awak media.

Keunikan Bubur Sabilal terletak pada cita rasanya yang gurih dan berbeda dari bubur ayam pada umumnya. Campuran wortel, kentang, dan potongan tulang sapi memberikan tekstur dan aroma yang khas. Sentuhan akhir minyak samin menambah kelezatan bubur ini, menjadikannya hidangan yang selalu dinantikan setiap Ramadan.

Proses Pembuatan dan Distribusi

Setiap hari, Ani dibantu oleh 10 orang timnya menyiapkan bubur dalam tiga panci besar. Setiap panci berisi sekitar tujuh liter beras. Jumlah ini meningkat pada akhir pekan atau ketika ada pesanan khusus untuk acara buka bersama. Dalam sehari, mereka bisa memasak hingga 25 liter beras.

"Untuk di Masjid Sabilal itu biasanya kita sediakan 100 sampai 150 porsi sehari. Untuk akhir pekan beda lagi jumlahnya. Kalau ada pesanan di luar itu biasanya lebih banyak lagi," kata Ani.

Bubur Sabilal tidak hanya dibagikan di masjid, tetapi juga dipesan oleh masyarakat sekitar untuk berbagai acara. Ani berharap tradisi ini akan terus hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari Ramadan di Kalimantan Selatan.

Bubur Sabilal di Hati Masyarakat

Bagi warga Kalimantan Selatan, Bubur Sabilal bukan sekadar hidangan berbuka, tetapi juga kenangan dan nostalgia. Erna, seorang warga Banjarmasin Selatan, mengaku selalu menantikan kehadiran bubur ini setiap Ramadan. Ia bahkan rela ikut berburu bubur bersama puluhan warga lainnya.

"Karena emang khas gitu dari rasa maupun aroma. Belum pernah menemukannya di tukang bubur manapun," ungkap Erna.

Bubur Sabilal adalah bukti nyata bagaimana makanan dapat menjadi bagian dari identitas budaya suatu daerah. Lebih dari sekadar hidangan, Bubur Sabilal adalah simbol kebersamaan, tradisi, dan cinta kasih yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kehadirannya selalu dinantikan setiap Ramadan, menghangatkan hati dan mempererat tali persaudaraan di antara warga Kalimantan Selatan.

Harapan untuk Generasi Mendatang

Ani berharap, resep bubur sabilal yang telah menjadi ciri khas berbuka di Kalsel ini akan terus dilestarikan hingga anak cucunya kelak. Dengan begitu, tradisi Ramadan yang kaya akan nilai-nilai luhur ini akan terus hidup dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.