Program Penghijauan 'Baby Tree' KKI Warsi: Insentif Rp 130 Juta Mengalir ke Petani Bengkulu Selatan
Program Penghijauan 'Baby Tree' KKI Warsi: Insentif Rp 130 Juta Mengalir ke Petani Bengkulu Selatan
Bengkulu Selatan, Bengkulu - Kabar gembira menghampiri 126 petani di Desa Air Tenam, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Mereka menerima insentif senilai total lebih dari Rp 130 juta melalui program penghijauan inovatif bertajuk "Baby Tree", yang diinisiasi oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) Konservasi Komunitas Indonesia (KKI) Warsi. Program ini merupakan wujud nyata dari skema Perhutanan Sosial yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara pelestarian lingkungan hutan dan peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar hutan.
Direktur KKI Warsi, Adi Junedi, menjelaskan bahwa insentif ini diberikan sebagai bentuk apresiasi dan dukungan kepada para petani yang memiliki komitmen tinggi dalam merehabilitasi hutan dengan menanam berbagai jenis tanaman produktif. Tanaman-tanaman tersebut meliputi durian, jengkol, dan pinang, yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi petani.
"Insentif ini adalah bukti nyata bahwa upaya pelestarian hutan dapat berjalan beriringan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat," ujar Adi Junedi dalam keterangan tertulisnya, Rabu (19/3/2025). Beliau menambahkan bahwa program ini dirancang untuk memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat.
Keberhasilan Program dan Dampak Positif
Sejak dua tahun terakhir, para petani di Desa Air Tenam telah menunjukkan dedikasi tinggi dalam menanam hampir 10.000 bibit pohon. Tingkat keberhasilan tumbuh bibit-bibit tersebut mencapai angka yang sangat menggembirakan, yaitu 93,04 persen. Insentif yang diberikan kepada petani mencapai Rp 70 ribu per batang pohon, dengan sistem pencairan yang dilakukan secara bertahap selama tiga tahun.
Wansah, salah seorang petani penerima manfaat program, mengungkapkan rasa syukur dan kegembiraannya setelah menerima insentif sebesar Rp 25 juta. Dana tersebut merupakan hasil jerih payahnya dalam merawat 1.740 bibit pohon di lahan seluas 5,8 hektar. "Ini serasa mimpi ada uang sebanyak ini yang diberikan kepada kami. Ini menjadi penyemangat perjuangan kami selama dua tahun merawat bibit," ungkap Wansah dengan nada haru.
Selain program insentif "Baby Tree", seluruh kepala keluarga di Desa Air Tenam juga menerima paket bantuan Ramadhan senilai Rp 200 ribu melalui program "Pohon Asuh". Program ini memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan dengan cara "mengadopsi" pohon melalui donasi sebesar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per pohon. Pada tahun ini, sebanyak 200 pohon di Air Tenam telah diadopsi, dengan total dana yang terkumpul mencapai Rp 38,5 juta.
"Di bulan yang penuh berkah ini, dana dari program Pohon Asuh disalurkan dalam bentuk paket sembako bagi seluruh kepala keluarga di Air Tenam," jelas Adi Junedi.
Dukungan Pemerintah Desa dan Pengembangan Perhutanan Sosial
Sekretaris Desa Air Tenam, Aldiansyah, menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap program "Baby Tree" dan Pohon Asuh. Menurutnya, kedua program tersebut sangat membantu masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan sekaligus memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. "Ketika kami sudah memiliki hak kelola hutan, Warsi datang menawarkan program ini. Kami sambut baik karena sangat penting untuk keberlanjutan hutan kami," tutur Aldiansyah.
KKI Warsi terus aktif mendorong pengembangan program Perhutanan Sosial di wilayah Bengkulu. Saat ini, terdapat empat desa lain yang sedang didampingi oleh KKI Warsi untuk memperoleh izin pengelolaan hutan secara legal. Program Perhutanan Sosial juga membuka peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan manfaat dari perdagangan karbon, yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan oleh pemerintah.
Peluang Perdagangan Karbon di Sektor Kehutanan
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni baru-baru ini mengumumkan bahwa perdagangan karbon dari sektor kehutanan akan segera diresmikan. Perhutanan Sosial diproyeksikan memiliki potensi besar dalam menyerap karbon dioksida (CO2) hingga 100 ton per hektar, dengan potensi transaksi mencapai Rp 1,6 hingga 3,2 triliun per tahun. Desa Lemo Nakai di Bengkulu saat ini telah memulai proses penghitungan stok karbon sebagai langkah awal untuk berpartisipasi dalam skema perdagangan karbon.
"Ini adalah peluang besar yang dapat diraih oleh Bengkulu ketika pasar karbon diterapkan. Tinggal bagaimana memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, seperti sertifikasi dan dokumen pendukung," pungkas Adi Junedi.
Daftar Program:
- Baby Tree
- Pohon Asuh