Tiga Terobosan Teknologi China Mengguncang Panggung Global: Dari AI hingga Komputasi Kuantum

Tiga Terobosan Teknologi China Mengguncang Panggung Global: Dari AI hingga Komputasi Kuantum

China terus menunjukkan ambisinya untuk menjadi pemimpin dunia dalam inovasi teknologi, terutama di bidang kecerdasan buatan (AI) dan komputasi kuantum. Terbaru, Negeri Tirai Bambu ini memperkenalkan serangkaian terobosan yang berpotensi mengubah lanskap teknologi global. Terobosan tersebut meliputi pengembangan chatbot AI yang kompetitif, agen AI otonom, dan chip kuantum dengan kecepatan yang mencengangkan.

Persaingan ketat antara China dan Amerika Serikat dalam sektor teknologi semakin memanas. Sanksi yang diberlakukan AS terhadap perusahaan-perusahaan teknologi China justru memacu negara tersebut untuk mempercepat pengembangan teknologi mandiri. Berikut adalah ulasan mendalam mengenai tiga terobosan teknologi yang tengah menjadi sorotan dunia:

DeepSeek: Penantang Serius Dominasi AI Amerika

DeepSeek adalah model AI dan chatbot yang dirancang untuk menyaingi ChatGPT dari OpenAI dan Gemini dari Google. Aplikasi ini menawarkan kemampuan untuk memberikan jawaban cepat, melakukan analisis data, dan menghasilkan konten sesuai permintaan pengguna. Popularitas DeepSeek meroket sejak peluncurannya, bahkan berhasil menduduki puncak tangga aplikasi gratis di berbagai negara.

DeepSeek dikembangkan oleh High Flyer, sebuah startup asal Hangzhou yang didirikan oleh Liang Wenfeng. Perusahaan ini awalnya fokus pada komputasi canggih untuk analisis data keuangan sebelum beralih ke pengembangan AI pada tahun 2023. High Flyer kemudian merilis dua model AI terbaru, yaitu DeepSeek V3 dan DeepSeek R-1.

DeepSeek V3, dirilis pada Desember 2024, menggunakan arsitektur Mixture-of-Experts (MoE) dengan 671 miliar parameter, tetapi hanya 37 miliar parameter yang aktif per token selama inferensi. Hal ini membuat model ini lebih efisien dalam penggunaan daya komputasi. DeepSeek V3 mampu menyelesaikan berbagai tugas umum, seperti menjawab pertanyaan dan membuat konten kreatif.

DeepSeek R-1, dirilis sebulan kemudian, menjadi sensasi karena kemampuannya yang andal dan efisien meskipun menggunakan chip AI berspesifikasi rendah. DeepSeek R-1 didasarkan pada DeepSeek V3, tetapi dengan kemampuan penalaran yang ditingkatkan melalui teknik reinforcement learning. Model ini mampu menyajikan langkah-langkah berpikir sebelum mencapai kesimpulan, sehingga menghasilkan tanggapan yang lebih kompleks dengan kapasitas output hingga 32.000 token. DeepSeek-R1 sangat cocok untuk tugas-tugas yang membutuhkan analisis mendalam dan terstruktur.

Pengembangan DeepSeek juga jauh lebih efisien dari segi biaya. Pelatihan DeepSeek-R1 hanya membutuhkan waktu sekitar dua bulan dengan biaya sekitar 6 juta dollar AS, jauh lebih rendah dibandingkan dengan pengembangan GPT-4 yang membutuhkan biaya 63 juta dollar AS dalam waktu beberapa bulan hingga satu tahun.

Kehadiran DeepSeek telah memicu kekhawatiran di AS mengenai potensi hilangnya dominasi dalam bidang AI. Lonjakan popularitas DeepSeek pada 20 Januari lalu telah mempengaruhi pasar saham, khususnya saham-saham perusahaan teknologi AS. Saham Nvidia, pemasok chip AI terkemuka, mengalami penurunan tajam, diikuti oleh saham Meta dan Alphabet (Google). Kondisi ini menjadi peringatan serius bagi AS tentang semakin terancamnya dominasi mereka dalam bidang kecerdasan buatan oleh pesatnya perkembangan teknologi China.

Manus AI: Agen AI yang Mampu Bekerja Mandiri

Selain DeepSeek, China juga memperkenalkan Manus AI, sebuah agen AI yang dapat beroperasi secara mandiri tanpa instruksi tambahan dari manusia. Manus dikembangkan oleh startup Monica dan dirancang untuk menangani tugas-tugas kompleks hanya dengan satu perintah awal.

Manus AI diklaim mampu melakukan riset, mengelola data, dan bahkan mengeksekusi tugas seperti memesan tiket atau menyusun laporan. Berbeda dengan chatbot biasa yang membutuhkan interaksi berkelanjutan, Manus dapat bekerja sendiri hingga menghasilkan solusi yang dibutuhkan pengguna.

Dalam pengujian benchmark GAIA (General AI Assistants), Manus menunjukkan hasil yang lebih unggul dibandingkan agen AI milik OpenAI dan DeepResearch. Yichao Ji, Co-Founder Manus AI, mendemonstrasikan kemampuan Manus melalui tiga tugas berbeda, mulai dari mencari kandidat terbaik dari sekumpulan CV hingga menyusun laporan mendalam tentang pencarian tempat tinggal.

Rowan Cheung, seorang penulis blog AI, juga menguji Manus dengan meminta AI tersebut untuk membuat website yang langsung dapat diakses melalui tautan. Hasilnya, Manus mampu menyusun dan menampilkan informasi secara otomatis.

Saat ini, akses ke Manus AI masih terbatas dan hanya tersedia bagi pengguna dengan kode undangan. Namun, pengguna dapat mengajukan uji coba melalui website resmi Manus. Kehadiran Manus menunjukkan potensi besar dalam dunia kecerdasan buatan, terutama dalam kemampuan menjalankan tugas layaknya asisten manusia yang dapat bekerja secara mandiri. Inovasi ini semakin membuktikan upaya China dalam mendominasi pasar AI global.

Zuchongzhi-3: Chip Kuantum dengan Kecepatan Fantastis

Gebrakan teknologi China tidak hanya terbatas pada kecerdasan buatan. Negara ini juga fokus pada pengembangan komputasi kuantum. Zuchongzhi-3 adalah prototipe prosesor komputer kuantum yang diklaim mampu melakukan perhitungan dengan kecepatan 1 kuadriliun kali lebih cepat dibandingkan superkomputer terkuat saat ini, El Capitan.

Sebagai perbandingan, El Capitan memiliki kecepatan komputasi puncak hingga 1.742 exaFLOPS. Zuchongzhi-3 disebut mampu melampaui kecepatan tersebut hingga 1.000 triliun kali lipat. Performa Zuchongzhi-3 juga diklaim jauh lebih unggul dibandingkan prosesor kuantum Sycamore buatan Google.

Google sebelumnya mengklaim Sycamore 53-qubit sebagai pencapaian quantum supremacy karena dapat menyelesaikan tugas pengambilan sampel sirkuit acak dalam waktu sekitar 200 detik, yang diperkirakan akan memakan waktu 10.000 tahun bagi superkomputer terbaik saat itu. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa Zuchongzhi-3 dapat menyelesaikan tugas serupa dengan kecepatan sejuta kali lebih cepat dibandingkan Sycamore.

Keunggulan Zuchongzhi-3 dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Physical Review Letters. Tim ilmuwan dari University of Science and Technology of China (USTC), dipimpin oleh Pan Jianwei, Zhu Xiaobo, dan Peng Chengzhi, mengembangkan Zuchongzhi-3. Penelitian ini juga melibatkan berbagai institusi lain di China.

Dengan hadirnya DeepSeek, Manus AI, dan Zuchongzhi-3, China tidak hanya memperkuat industri teknologinya tetapi juga menantang dominasi AS dalam bidang kecerdasan buatan dan komputasi canggih. Inovasi-inovasi ini meningkatkan daya saing China di pasar global dan mengindikasikan langkah besar negara tersebut menuju dominasi teknologi di masa depan.