Preman Cikiwul Kabur Usai Viral Minta THR dengan Nada Ancam, Polisi Buru Pelaku Pemerasan
Aksi Pemerasan Berkedok THR Gegerkan Kawasan Industri Cikiwul
Kota Bekasi digemparkan dengan aksi pemerasan yang dilakukan oleh seorang pria bernama Suhada, yang mengaku sebagai "jagoan" di wilayah Cikiwul, Bantargebang. Aksi Suhada meminta secara paksa Tunjangan Hari Raya (THR) kepada sebuah pabrik plastik terekam dalam video amatir dan viral di media sosial, memicu kemarahan publik dan respons cepat dari pihak kepolisian.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, peristiwa ini terjadi pada Senin (17/3/2025) sekitar pukul 11.00 WIB. Suhada bersama tiga orang rekannya mendatangi pabrik yang berlokasi di Jalan Tali Kolot, Cikiwul, dengan maksud meminta THR Lebaran. Dalam video berdurasi 2 menit 59 detik yang beredar luas, Suhada terlihat berdebat dengan seorang petugas keamanan pabrik. Ia menunjukkan amplop putih berisi kertas dan menyatakan bahwa dirinya berhak atas THR karena telah "mati-matian membela negara".
"Gue bukannya nyari keributan, gua ngasih gini, baik-baik lho, gua bela negara di sini, gua mati-matian," ucap Suhada dalam video tersebut.
Namun, emosi Suhada tersulut ketika petugas keamanan pabrik hanya memberikan uang sebesar Rp 20.000. Ia menolak nominal tersebut dan bersikeras ingin bertemu dengan pemilik perusahaan.
"Gue enggak mau itu duit lu, gue mau pimpinan lu, sini," kata Suhada dengan nada tinggi.
Petugas keamanan pabrik berusaha menenangkan Suhada dan menjelaskan bahwa dirinya hanya seorang pekerja. Namun, Suhada tidak menggubris dan justru mencoba mengintimidasi petugas keamanan tersebut dengan mengaku sebagai penguasa wilayah Cikiwul. Ia bahkan mengancam akan menutup akses jalan menuju pabrik jika permintaannya tidak dipenuhi.
"Lu makan, b***k di sini, lu enggak menghargain gue, lu. Kalau lu pengen tahu, gue jagoan yang megang Cikiwul. Massa gue banyak di sini. Kalau gue tutup jalan depan, bisa bergerak?" ancam Suhada.
Suhada juga mengungkapkan bahwa dirinya terpaksa turun tangan langsung setelah anak buahnya berulang kali gagal menemui pemilik perusahaan. Ia merasa tidak dihargai oleh perusahaan meskipun mengklaim sebagai orang yang "memegang" semua pabrik di wilayah tersebut.
Respon Polisi dan Status Buron
Kapolsek Bantargebang, Kompol Sukadi, membenarkan adanya kejadian tersebut. Pihaknya telah mendatangi pabrik dan meminta keterangan dari petugas keamanan yang terlibat dalam video. Berdasarkan keterangan tersebut, Suhada dan rekan-rekannya meminta THR, namun hanya diberi Rp 20.000 oleh petugas keamanan.
"Iya, dia minta (THR), dikasih Rp 20.000. Tapi dia enggak mau, pengin ketemu pimpinannya," jelas Kompol Sukadi.
Kompol Sukadi juga mengungkapkan bahwa Suhada dan rekan-rekannya adalah preman yang berkedok sebagai anggota organisasi masyarakat (ormas). Mereka berasal dari wilayah Bantargebang.
"Mereka preman berkedok ormas," tegas Kompol Sukadi.
Menindaklanjuti kasus ini, polisi langsung bergerak cepat. Namun, Suhada diketahui telah melarikan diri ke wilayah Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Sementara itu, tiga rekannya masih dalam pengejaran pihak kepolisian.
Kompol Sukadi memastikan bahwa pihaknya akan menindak tegas para pelaku jika terbukti melakukan tindak pidana pemerasan.
"Sekarang klarifikasi dulu minta keterangan, ada unsur pidana atau tidak. Kalau ada kita tindaklanjuti penegakkan hukum," pungkasnya.
Kasus ini menjadi sorotan karena mencoreng citra Kota Bekasi sebagai kawasan industri. Pihak kepolisian mengimbau kepada masyarakat agar tidak main hakim sendiri dan segera melaporkan segala bentuk tindak kriminal kepada pihak berwajib. Kasus ini masih dalam pengembangan lebih lanjut oleh pihak kepolisian.
- Pengejaran terhadap pelaku terus dilakukan.
- Polisi mengimbau masyarakat waspada terhadap aksi premanisme.
- Kasus ini menjadi pelajaran bagi perusahaan agar lebih waspada terhadap potensi pemerasan.