Misi Luar Angkasa Berdampak Signifikan: Astronot Sunita Williams Menunjukkan Tanda-Tanda Penuaan Dini Setelah 288 Hari di ISS

Dampak Ekstrem Lingkungan Luar Angkasa: Studi Kasus Astronot Sunita Williams

Kembalinya astronot NASA, Sunita "Suni" Williams, dari misi luar angkasa selama 288 hari di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) telah memicu perhatian serius tentang dampak lingkungan ekstrem luar angkasa terhadap kesehatan manusia. Perubahan fisik yang terlihat pada Suni, yang berusia 59 tahun, mengindikasikan percepatan proses penuaan dan efek signifikan pada berbagai aspek kesehatan.

Perubahan paling mencolok adalah penambahan uban yang signifikan dan peningkatan kerutan di wajahnya. Fenomena ini memicu penyelidikan lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penuaan dini di lingkungan luar angkasa.

Efek Mikrogravitasi dan Radiasi Kosmik

Lingkungan luar angkasa menghadirkan kombinasi unik dari tantangan fisiologis, termasuk mikrogravitasi, radiasi kosmik, dan isolasi. Kombinasi ini dapat menyebabkan berbagai perubahan pada tubuh manusia. Berikut adalah beberapa efek yang diamati pada astronot:

1. Dampak pada Kulit dan Rambut

  • Penipisan Kulit: Studi menunjukkan bahwa kulit astronot dapat menipis hingga 20% setelah beberapa bulan di luar angkasa. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi kolagen dan elastin, yang penting untuk elastisitas dan regenerasi kulit. Penipisan ini membuat kulit lebih rentan terhadap luka, iritasi, dan infeksi.
  • Perubahan Warna Rambut: Stres yang terkait dengan misi luar angkasa dapat meningkatkan kadar kortisol, hormon stres yang terkait dengan penuaan dini. Selain itu, paparan radiasi kosmik dapat merusak DNA dalam folikel rambut, mempercepat munculnya uban.
  • Kulit Kering dan Sensitif: Atmosfer di ISS sangat kering karena sistem penyaringan udara menghilangkan kelembapan. Kurangnya kelembapan ini, dikombinasikan dengan paparan radiasi kosmik, dapat menyebabkan kulit kering, pecah-pecah, dan lebih rentan terhadap kerusakan.

2. Dampak pada Tubuh

  • Pengeroposan Tulang dan Kehilangan Massa Otot: Mikrogravitasi menghilangkan tekanan pada tulang dan otot, yang menyebabkan hilangnya kepadatan tulang dan massa otot. Astronot dapat kehilangan hingga 1% kepadatan tulang per bulan di luar angkasa. Meskipun berolahraga secara teratur, mereka tetap mengalami kehilangan massa otot yang signifikan.
  • Gangguan Kardiovaskular: Di lingkungan tanpa bobot, jantung tidak perlu bekerja sekeras di Bumi. Ini dapat menyebabkan melemahnya otot jantung dan meningkatkan risiko aritmia. Selain itu, perubahan sirkulasi darah dapat meningkatkan risiko pembekuan darah.
  • Sindrom Neuro-Okular: Banyak astronot mengalami sindrom neuro-okular terkait penerbangan luar angkasa (SANS). Ini disebabkan oleh pergeseran cairan ke kepala, yang meningkatkan tekanan di dalam tengkorak. Tekanan ini dapat mengubah bentuk bola mata dan menyebabkan gangguan penglihatan permanen.
  • Peningkatan Risiko Kanker: Paparan radiasi kosmik dapat merusak DNA dan meningkatkan risiko kanker. Astronot menerima dosis radiasi yang jauh lebih tinggi daripada orang-orang di Bumi, yang membuat mereka berisiko lebih tinggi terkena kanker.
  • Gangguan Tidur: Astronot di ISS mengalami 16 matahari terbit dan terbenam setiap hari, yang mengganggu ritme sirkadian alami tubuh. Gangguan ini dapat menyebabkan gangguan tidur, kelelahan, dan penurunan kinerja kognitif.

Rehabilitasi dan Pemulihan

Setelah kembali ke Bumi, Suni dan rekannya, Butch Wilmore, akan menjalani program rehabilitasi intensif selama 45 hari. Program ini akan berfokus pada membangun kembali massa otot, meningkatkan kepadatan tulang, dan memulihkan keseimbangan. Sementara banyak efek dari penerbangan luar angkasa dapat dibalikkan, beberapa perubahan mungkin bersifat permanen.

Misi Sunita Williams menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut tentang dampak jangka panjang penerbangan luar angkasa terhadap kesehatan manusia. Memahami risiko dan mengembangkan tindakan pencegahan sangat penting untuk memastikan kesehatan dan keselamatan astronot di masa depan.