Xi Jinping Lewatkan KTT UE-China di Tengah Ketegangan yang Meningkat

Brussels – Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dipastikan tidak akan berpartisipasi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa (UE)-Tiongkok yang dijadwalkan berlangsung di Brussels, Belgia, pada tanggal 20-21 Maret 2025. Acara ini menandai peringatan 50 tahun hubungan diplomatik antara Tiongkok dan UE. Absennya Xi menjadi sorotan mengingat permintaan UE agar ia hadir secara langsung sebagai simbol komitmen terhadap penguatan hubungan bilateral.

Sebagai pengganti, Perdana Menteri Tiongkok, Li Qiang, akan mewakili negaranya dalam pertemuan dengan Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, dan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen. Secara tradisional, KTT UE-Tiongkok yang diadakan di Brussels dihadiri oleh Perdana Menteri Tiongkok, sementara KTT di Beijing akan dihadiri oleh Presiden Tiongkok. Namun, UE secara khusus meminta kehadiran Xi Jinping kali ini.

Keputusan Xi Jinping untuk tidak hadir di KTT ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan Uni Eropa. Ketegangan ini telah diperburuk oleh berbagai faktor, termasuk:

  • Posisi Tiongkok terkait Agresi Rusia ke Ukraina: Uni Eropa mengkritik sikap Tiongkok yang dianggap kurang tegas terhadap agresi Rusia di Ukraina. UE menilai Tiongkok memberikan dukungan tidak langsung kepada Rusia melalui perdagangan dan keengganan untuk mengutuk tindakan Rusia.
  • Sengketa Perdagangan: UE dan Tiongkok terlibat dalam sengketa perdagangan yang meningkat. UE memberlakukan tarif impor tambahan untuk kendaraan listrik dari Tiongkok, dengan alasan praktik subsidi yang tidak adil. Tiongkok membalas dengan mengajukan keluhan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan meningkatkan hambatan pasar untuk produk-produk UE, termasuk minuman beralkohol seperti Brandy.
  • Upaya Diversifikasi Ekonomi UE: Uni Eropa berusaha mengurangi ketergantungan ekonominya pada Tiongkok, yang semakin membuat hubungan kedua pihak tegang.

Absennya Xi Jinping dari KTT UE-Tiongkok dipandang sebagai indikasi semakin lebarnya jurang antara Beijing dan Brussels di tengah lanskap geopolitik yang terus berkembang. Meskipun belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Tiongkok atau pejabat UE mengenai ketidakhadiran Xi, para analis percaya bahwa langkah ini mencerminkan tantangan mendasar dalam hubungan UE-Tiongkok dan dapat berdampak signifikan pada interaksi di masa depan.

Berikut beberapa poin penting untuk diingat:

  • KTT UE-Tiongkok bertujuan untuk memperdalam hubungan bilateral dan membahas isu-isu kepentingan bersama.
  • Hubungan UE-Tiongkok penting karena kedua belah pihak adalah kekuatan ekonomi dan politik utama.
  • Ketegangan antara UE dan Tiongkok dapat memiliki konsekuensi global.

Perkembangan ini menyoroti kompleksitas hubungan UE-Tiongkok dan tantangan yang dihadapi kedua belah pihak dalam mengelola perbedaan mereka. Dampak dari ketidakhadiran Xi Jinping pada KTT dan konsekuensi yang lebih luas bagi hubungan UE-Tiongkok akan terus dipantau dengan seksama.