Eskalasi Konflik: Rusia Gempur Ukraina Pasca-Pembicaraan Telepon Putin-Trump, Gencatan Senjata Terancam

Serangan Intensif dan Penolakan Gencatan Senjata

Konflik antara Rusia dan Ukraina kembali memanas dengan serangan intensif yang dilancarkan Rusia ke berbagai wilayah Ukraina. Serangan ini terjadi setelah percakapan telepon antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang membahas kemungkinan penangguhan serangan. Namun, eskalasi di lapangan menunjukkan bahwa harapan akan gencatan senjata semakin menjauh.

Militer Ukraina melaporkan adanya 145 serangan pesawat nirawak (drone) dari Rusia pada Selasa (18/03) malam. Meskipun sebagian besar serangan berhasil ditangkis, dampak dari serangan tersebut tetap signifikan. Seorang perempuan dilaporkan tewas di kota garis depan Kupyansk, wilayah Kharkiv. Di Sumy, wilayah timur laut Ukraina, setidaknya satu orang tewas dan beberapa lainnya terluka. Serangan juga menyebabkan kerusakan pada dua rumah sakit. Sementara itu, di wilayah Kyiv, seorang pria terluka akibat serangan udara yang merusak sejumlah rumah. Penembakan juga dilaporkan terjadi di Odessa, Poltava, Dnipropetrovsk, dan Chernihiv, memperluas cakupan konflik ke berbagai wilayah di Ukraina.

Andriy Yermak, kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, menegaskan bahwa Rusia terus menyerang infrastruktur dan warga sipil. Zelenskyy sendiri menyatakan bahwa Putin secara de facto menolak proposal gencatan senjata secara keseluruhan.

Tuduhan Balik dan Kerusakan Infrastruktur di Rusia

Di sisi lain, militer Rusia melaporkan adanya serangan yang dilancarkan Ukraina ke beberapa wilayah mereka. Rusia mengklaim telah menghancurkan sebagian besar pesawat nirawak yang digunakan dalam serangan tersebut. Pihak berwenang Rusia juga melaporkan kebakaran di sebuah depot minyak di Oblast Krasnodar, Rusia bagian selatan, yang menyebabkan penghentian aktivitas di fasilitas tersebut. Serangan pesawat tak berawak juga dilaporkan terjadi di Kursk, Bryansk, Oryol, Tula, dan di atas Laut Azov.

Tawaran Pertukaran Tawanan dan Tuntutan Rusia

Beberapa jam sebelum serangan terbaru, Trump dan Putin dilaporkan sepakat untuk menangguhkan serangan Rusia terhadap infrastruktur Ukraina selama 30 hari, dengan syarat Ukraina melakukan tindakan serupa. Namun, kedua belah pihak menegaskan bahwa tidak ada kesepakatan mengenai gencatan senjata secara umum. Pembicaraan juga mencakup rencana pertukaran 175 tawanan perang dari masing-masing pihak.

Zelenskyy menyambut baik pengumuman pertukaran tawanan, namun meminta rincian lebih lanjut. Ia juga menyoroti bahwa syarat-syarat yang diajukan Putin bertujuan untuk melemahkan Ukraina semaksimal mungkin. Menurut Kremlin, dalam pembicaraan telepon dengan Trump, Putin mengulangi tuntutan sebelumnya, termasuk penghentian pasokan senjata Barat dan informasi intelijen kepada Ukraina.

Trump, dalam wawancara dengan Fox News, membantah bahwa Putin menuntut penghentian segera semua bantuan untuk Ukraina. Namun, masih belum jelas jenis bantuan apa yang dimaksud oleh Trump.

Reaksi Internasional dan Potensi Bantuan Jerman

Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri, Kaja Kallas, menolak tuntutan Moskow sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima. Ia memperingatkan bahwa jika Rusia berhasil menghentikan bantuan militer ke Ukraina, Rusia akan melanjutkan tindakannya tanpa hambatan. Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, juga mengungkapkan pandangan serupa, menyatakan bahwa syarat gencatan senjata yang diajukan Putin bertujuan untuk melemahkan Ukraina agar Rusia dapat terus mempersenjatai diri.

Pistorius menambahkan bahwa ia yakin Amerika Serikat tidak akan tinggal diam dan hanya menonton untuk waktu yang lama. Utusan khusus Trump, Steve Witkoff, mengatakan bahwa pembicaraan mengenai gencatan senjata antara pihak-pihak yang bertikai rencananya akan dimulai pada hari Minggu di Jeddah, Arab Saudi. Delegasi Amerika Serikat akan dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz.

Sementara itu, Menteri Keuangan Jerman, Jörg Kukies, menginformasikan kepada Komite Anggaran Parlemen bahwa ia berencana untuk menyetujui bantuan tambahan untuk Ukraina senilai sekitar tiga miliar euro jika mendapat persetujuan komite. Kukies juga berencana untuk mengajukan bantuan otorisasi komitmen tanpa jadwal sebesar 8,3 miliar euro untuk bantuan militer Ukraina dari tahun 2026 hingga 2029.