Kesiapan SDM Jadi Kunci Sukses Pembangunan IKN di Era Teknologi
SDM Unggul Penentu Keberhasilan Pembangunan IKN di Era Digital
Perkembangan teknologi yang masif di kawasan Asia, termasuk Indonesia, menuntut adanya kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni agar tidak tergilas oleh perubahan zaman. Hal ini menjadi sorotan utama dalam konferensi Corporate Sustainability and Environmental Rights in Asia di Bangkok, Thailand, yang dihadiri oleh para ahli dan praktisi dari berbagai negara.
Aie Natasha, CEO Enable Project dan Koordinator Konsorsium Gerbangtara, menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur teknologi harus berjalan seiring dengan peningkatan kapasitas SDM. Jangan sampai kemajuan teknologi justru memperlebar jurang ketimpangan sosial dan ekonomi. Ia mencontohkan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai proyek strategis nasional yang memerlukan SDM yang siap dan kompeten.
"Tantangan terbesar bukan hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga memastikan tenaga kerja kita memiliki keterampilan yang relevan untuk beradaptasi dengan teknologi baru," ujarnya.
Gerbangtara: Inisiatif Kolaboratif untuk Peningkatan Kapasitas Masyarakat Lokal
Guna menjawab tantangan tersebut, Gerakan Bangun Nusantara (Gerbangtara) hadir sebagai inisiatif kolaboratif yang berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat lokal. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat berperan aktif dalam pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di IKN dan wilayah lainnya.
Selain itu, Aie juga menyoroti masalah ketimpangan akses teknologi yang masih menjadi isu krusial, terutama bagi masyarakat pedesaan dan komunitas adat. Investasi teknologi, menurutnya, harus dibarengi dengan persiapan SDM yang mampu mengoperasikannya.
"Kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga soal kesiapan tenaga kerja. Apakah mereka memiliki keterampilan yang dibutuhkan, khususnya dalam bidang ekonomi hijau? Inilah yang harus kita prioritaskan," tegasnya.
Investasi pada Green Skills untuk Masa Depan Berkelanjutan
Oleh karena itu, Aie menekankan pentingnya investasi dalam green skills atau keterampilan berbasis keberlanjutan. Keterampilan ini sangat penting untuk mendukung transisi energi ramah lingkungan dan menciptakan peluang inovasi dalam ekonomi sirkular.
"Penguatan SDM dengan keterampilan hijau adalah kunci untuk menghadapi tantangan industri masa depan sekaligus membuka peluang inovasi dalam ekonomi sirkular," jelasnya.
Kolaborasi Pentahelix: Kunci Pembangunan Inklusif dan Berkelanjutan
Lebih lanjut, Aie menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor (pentahelix) yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat sipil, akademisi, dan media. Kolaborasi ini menjadi faktor utama dalam mendorong kebijakan dan praktik bisnis yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Keterlibatan semua pihak, mulai dari komunitas lokal hingga para pembuat kebijakan, sangat penting agar kemajuan teknologi tidak mengorbankan hak asasi manusia maupun kelestarian lingkungan.
Konferensi ini menghadirkan berbagai pakar global, termasuk:
- Ben Hardman (Mekong Legal Director, Earth Rights International)
- Sarayu Natarajan (Founder, Aapti Institute)
- Patchareeboon Sakulpitakphon (Sustainability & Impact Lead, PALO IT Thailand)
- Jehan Wan Aziz (Rule of Law Lead, UNDP Malaysia).
Dengan sinergi lintas sektor, diharapkan pembangunan tidak hanya berfokus pada infrastruktur teknologi, tetapi juga pada kesiapan SDM sebagai penggerak utama perubahan. Konferensi ini menjadi momentum bagi pemimpin bisnis, aktivis, dan regulator untuk merancang strategi pembangunan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berpihak pada masyarakat.
Kesiapan SDM menjadi faktor krusial dalam memastikan bahwa pembangunan infrastruktur teknologi, khususnya di IKN, dapat memberikan manfaat yang optimal bagi seluruh lapisan masyarakat. Investasi pada pendidikan, pelatihan, dan pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri masa depan adalah kunci untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju yang berkelanjutan.