Tradisi Abadi di Tengah Tantangan Demografi: SD Jungang Korsel Rayakan Penerimaan Satu Siswa Baru

Di tengah tantangan penurunan populasi dan urbanisasi yang melanda Korea Selatan, sebuah sekolah dasar dengan sejarah panjang dan gemilang tetap teguh mempertahankan tradisinya. Sekolah Dasar (SD) Jungang, yang terletak di Dong-gu, Gwangju, baru-baru ini menyelenggarakan upacara penerimaan siswa baru yang unik dan menyentuh hati.

SD Jungang, yang telah berdiri sejak tahun 1907, hanya menerima satu siswa baru untuk tahun ajaran 2025. Penerimaan A, menjadi momen penting dan simbol harapan bagi sekolah yang telah menjadi bagian integral dari komunitas Gwangju selama lebih dari satu abad. Upacara penerimaan yang diadakan pada tanggal 4 Maret 2025, dihadiri oleh A, orang tuanya, kepala sekolah Bae Chang-ho, staf pengajar, dan perwakilan dari komunitas sekolah.

Acara tersebut dirancang untuk memberikan dukungan dan semangat kepada A dalam memulai perjalanan pendidikannya. Sebuah video yang menampilkan pesan dukungan dari kakek dan nenek A ditayangkan, menambah suasana haru dan kebersamaan. Suasana upacara dibuat ceria dan hangat, meskipun hanya ada satu siswa baru yang diterima. Kondisi ini kontras dengan tahun sebelumnya, di mana SD Jungang menerima tiga siswa baru. Dua siswa yang awalnya dijadwalkan untuk bergabung dengan A memilih untuk bersekolah di tempat lain, meninggalkan A sebagai satu-satunya siswa baru di sekolah tersebut.

Untungnya, A tidak sepenuhnya sendirian di SD Jungang. Kakak perempuannya saat ini duduk di kelas enam di sekolah yang sama, memungkinkan mereka untuk berangkat dan pulang sekolah bersama-sama, memberikan A rasa familiar dan dukungan moral.

SD Jungang memiliki sejarah panjang dan membanggakan. Pada masa jayanya di era 1970-an dan 1980-an, sekolah ini merupakan salah satu yang terbesar di Gwangju, dengan 90 kelas dan lebih dari 5.000 siswa. Namun, perubahan demografis dan migrasi penduduk dari pusat kota telah berdampak signifikan pada jumlah siswa di SD Jungang.

Penurunan populasi di pusat kota Gwangju telah menyebabkan banyak sekolah tua menghadapi risiko penutupan. SD Jungang termasuk di antara sekolah-sekolah yang berjuang untuk mempertahankan keberadaannya. Sekolah telah mengambil berbagai langkah untuk menarik siswa baru, termasuk menyediakan perlengkapan sekolah gratis dan mengumpulkan beasiswa dengan bantuan alumni. Selain itu, sekolah juga bekerja sama dengan pemerintah daerah dan dinas pendidikan untuk mengembangkan strategi inovatif untuk meningkatkan daya tarik SD Jungang bagi calon siswa dan keluarga.

Kepala Sekolah Bae Chang-ho mengakui tantangan yang dihadapi sekolah dalam meningkatkan jumlah siswa baru secara mandiri. Beliau menekankan pentingnya kolaborasi dengan pemerintah daerah, masyarakat setempat, dan dinas pendidikan untuk merancang langkah-langkah yang efektif dalam menarik siswa baru dan memastikan kelangsungan SD Jungang.

SD Jungang saat ini menghadapi tantangan tambahan. Sekolah dengan jumlah siswa kurang dari 30 orang berpotensi kehilangan hak untuk memiliki wakil kepala sekolah, yang dapat mengurangi jumlah staf pengajar dan sumber daya yang tersedia bagi siswa. Hal ini semakin menekankan perlunya upaya berkelanjutan untuk meningkatkan pendaftaran siswa dan mempertahankan kualitas pendidikan di SD Jungang.

Kisah SD Jungang adalah cerminan dari perubahan sosial dan demografis yang lebih luas di Korea Selatan. Ini adalah kisah tentang tradisi, ketahanan, dan harapan di tengah tantangan yang signifikan. Upacara penerimaan satu siswa baru di SD Jungang bukan hanya tentang menyambut seorang anak ke sekolah, tetapi juga tentang merayakan semangat komunitas dan komitmen untuk memastikan masa depan pendidikan bagi generasi mendatang.

Berikut adalah poin-poin penting terkait SD Jungang:

  • Sejarah Panjang: Didirikan pada tahun 1907, telah menjadi bagian dari komunitas Gwangju selama lebih dari satu abad.
  • Tantangan Demografis: Menghadapi penurunan jumlah siswa akibat penurunan populasi dan urbanisasi.
  • Upaya Adaptasi: Berupaya menarik siswa baru melalui berbagai inisiatif dan kerjasama.
  • Semangat Komunitas: Menunjukkan ketahanan dan komitmen untuk pendidikan di tengah kesulitan.
  • Simbol Harapan: Penerimaan satu siswa baru menjadi simbol harapan dan kelanjutan tradisi sekolah.