Keutamaan Terlambat Salat: Kisah Pemuda dan Rebutan Malaikat Mencatat Amal

Kisah Inspiratif: Ketika Keterlambatan Berbuah Pahala Berlimpah

Sebuah kisah menakjubkan tentang seorang pemuda yang terlambat datang ke masjid untuk salat berjamaah telah menjadi inspirasi banyak orang. Keterlambatannya itu justru menjadi penyebab para malaikat berebut untuk mencatat amal baiknya. Kisah ini mengajarkan kita tentang keutamaan mengucapkan zikir dan doa dengan penuh kesungguhan, bahkan dalam kondisi yang kurang ideal.

Kisah ini dinukil dari berbagai riwayat hadis, salah satunya menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW sedang memimpin salat berjamaah di masjid. Tiba-tiba, seorang pria datang tergesa-gesa, lalu bergabung dalam barisan salat dengan napas tersengal-sengal. Dalam kondisi tersebut, ia mengucapkan kalimat yang indah:

"Alhamdulillahi hamdan katsiran thayyiban mubarakan fih" (Segala puji bagi Allah dengan puji yang banyak, baik, dan penuh berkah).

Setelah salat selesai, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, "Siapakah yang tadi mengucapkan kalimat tersebut saat aku salat?" Awalnya, tidak ada seorang pun yang mengaku. Namun, setelah Rasulullah SAW meyakinkan bahwa ucapan itu tidak buruk, seorang pemuda dengan suara lirih mengaku bahwa dialah yang mengucapkannya. Ia menjelaskan bahwa keterlambatannya membuatnya berlari ke masjid dan mengucapkan kalimat tersebut dalam keadaan terengah-engah.

Rasulullah SAW kemudian memberikan kabar gembira kepada pemuda tersebut. Beliau bersabda, "Sungguh, aku melihat dua belas malaikat berebut untuk menyampaikan kata-kata itu kepada Allah SWT." Subhanallah! Ucapan spontan yang lahir dari hati yang tulus, meski diucapkan dalam kondisi yang kurang nyaman, ternyata memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah SWT hingga para malaikat pun berebut untuk mencatatnya.

Riwayat lain dari Bukhari, dari Rifa'ah, menceritakan kisah serupa. Ketika Rasulullah SAW bangun dari rukuk dan mengucapkan "Sami'allahu liman hamidah (Allah mendengar orang yang memuji-Nya)," seorang sahabat menimpali dengan ucapan:

"Rabbana lakaal-hamdu hamdan katsiran thayyiban mubarakan fih" (Wahai Tuhan kami, segala puji bagi-Mu dengan puji yang banyak, baik, dan penuh berkah).

Setelah salat, Rasulullah SAW bertanya siapa yang mengucapkan kalimat tersebut. Sahabat itu mengaku, dan Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh, aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama menuliskan kata-kata itu." Maha Besar Allah!

Pelajaran dari Kisah

Dari kedua kisah ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting:

  • Keutamaan Zikir dan Doa: Mengucapkan zikir dan doa adalah amalan yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Bahkan, ucapan yang sederhana pun bisa memiliki nilai yang sangat besar di sisi-Nya.
  • Keikhlasan: Niat yang ikhlas dan tulus dalam beribadah akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT.
  • Bersegera dalam Kebaikan: Meskipun terlambat, pemuda dalam kisah pertama tetap berusaha untuk bergabung dalam salat berjamaah. Hal ini menunjukkan semangatnya untuk bersegera dalam kebaikan.
  • Allah Maha Mengetahui: Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi di dalam hati kita. Bahkan, ucapan yang spontan pun tidak luput dari pengetahuan-Nya.

Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita untuk senantiasa berzikir dan berdoa kepada Allah SWT dalam setiap keadaan, serta berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Wallahu a'lam.