Pasar Karbon Internasional di Indonesia Catat Rekor Transaksi: Tembus 1,5 Juta Ton CO2e

Pasar Karbon Indonesia Tembus Rekor 1,5 Juta Ton CO2e

Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan prestasi signifikan dalam perdagangan karbon internasional. Data terbaru menunjukkan volume transaksi karbon dioksida ekuivalen (CO2e) telah melampaui angka 1,5 juta ton sejak diluncurkan pada September 2023. Capaian ini menandai momentum penting bagi perkembangan pasar karbon di Indonesia dan menegaskan peran strategis BEI dalam upaya mitigasi perubahan iklim global.

Pertumbuhan transaksi ini menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, menjelaskan rincian transaksi yang menunjukkan tren positif. Pada tahun 2023 dan 2024, masing-masing tercatat sekitar 400.000 ton CO2e. Lebih lanjut, hingga 12 Maret 2025, volume transaksi telah mencapai angka 690.000 ton CO2e, menambah total akumulasi hingga 1,5 juta ton CO2e. Selain itu, sebanyak 494.000 ton CO2e unit karbon telah di- retired (dihapus dari sistem perdagangan).

Keberhasilan ini juga ditopang oleh peningkatan jumlah pengguna jasa Bursa Karbon. Dari hanya 16 pengguna pada awal peluncuran, jumlah tersebut kini telah melonjak signifikan menjadi 110 pengguna per 14 Maret 2025. Mayoritas pengguna ini merupakan perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEI, mencerminkan tingginya minat dan partisipasi aktif dari sektor korporasi dalam upaya pengurangan emisi karbon.

Perkembangan Pasar Karbon Menuju Pasar Wajib:

Kautsar juga memaparkan dinamika pasar karbon di Indonesia yang tengah bertransformasi menuju pasar karbon wajib. Saat ini, IDXCarbon, platform perdagangan karbon BEI, fokus pada perdagangan Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK). Sementara itu, Persetujuan Teknis Batas Atas Emisi Pelaku Usaha (PTBAE-PU), khususnya yang terkait dengan PLTU batu bara, masih diperdagangkan secara internal. Tercatat hingga saat ini terdapat tujuh proyek yang SPE-GRK nya terdaftar di IDXCarbon.

Langkah penting lainnya adalah terlaksananya perdagangan internasional perdana melalui IDXCarbon pada 20 Januari 2025. Hal ini dimungkinkan setelah pemerintah, melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, memberikan izin penjualan sebagian unit SPE-GRK kepada pembeli asing. Peristiwa ini menandai babak baru dalam upaya integrasi pasar karbon Indonesia ke dalam pasar global, membuka peluang kolaborasi dan investasi internasional dalam upaya bersama mengatasi perubahan iklim.

Kesimpulannya, pencapaian 1,5 juta ton CO2e dalam perdagangan karbon internasional merupakan tonggak sejarah bagi Indonesia. Hal ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah dan sektor swasta dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan menunjukkan potensi besar pasar karbon Indonesia di masa depan. Dengan terus berkembangnya pasar dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, diperkirakan angka ini akan terus meningkat signifikan di tahun-tahun mendatang.