Konsumsi Teh Saat Sahur: Antara Tradisi dan Risiko Dehidrasi

Konsumsi Teh Saat Sahur: Antara Tradisi dan Risiko Dehidrasi

Minum teh saat sahur merupakan kebiasaan yang lazim di Indonesia, sejalan dengan tradisi budaya masyarakat muslim. Namun, kebiasaan mengonsumsi teh dalam jumlah banyak saat sahur perlu dikaji ulang, mengingat potensi risiko dehidrasi selama puasa Ramadhan. Meskipun cairan penting untuk menjaga hidrasi tubuh, teh, sebagai minuman yang mengandung kafein, justru dapat menimbulkan efek sebaliknya.

Kafein, yang terkandung dalam teh, memiliki sifat diuretik. Sifat ini merangsang tubuh untuk lebih sering mengeluarkan urine, sehingga mengurangi cairan tubuh. Konsumsi teh berlebih saat sahur dapat memicu peningkatan frekuensi buang air kecil, mengakibatkan dehidrasi di siang hari. Kondisi ini dapat mengganggu konsentrasi dan produktivitas selama berpuasa, bahkan dapat menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius.

Studi dari Mayo Clinic menunjukkan bahwa konsumsi kafein yang berlebihan—lebih dari 10 miligram (mg) per kilogram (kg) berat badan per hari—berisiko menyebabkan detak jantung tidak teratur dan nyeri dada. Sebagai contoh, individu dengan berat badan 75 kg yang mengonsumsi 750 mg kafein sehari akan berisiko mengalami efek samping kesehatan yang signifikan. Selain itu, konsumsi kafein berlebih juga dikaitkan dengan masalah pencernaan seperti diare, sakit perut, dan gangguan tidur. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) merekomendasikan batas konsumsi kafein maksimal 400 miligram per hari untuk orang dewasa.

Risiko dehidrasi akibat konsumsi teh saat sahur semakin meningkat jika dikombinasikan dengan asupan gula berlebih, baik dari teh manis maupun makanan dan minuman manis lainnya. Gula tinggi dapat meningkatkan rasa haus dan memperparah kondisi dehidrasi. Oleh karena itu, penting untuk membatasi konsumsi minuman manis dan memilih air putih sebagai pilihan utama untuk tetap terhidrasi.

Rekomendasi Konsumsi Cairan Selama Puasa Ramadhan

Untuk mencegah dehidrasi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) merekomendasikan asupan air putih minimal 2 liter per hari, yang dapat dikonsumsi secara bertahap selama waktu buka puasa hingga imsak. Berikut panduan praktis konsumsi air putih:

  • Saat Berbuka Puasa (2 gelas): Sebaiknya dikonsumsi 1 gelas saat adzan Maghrib dan 1 gelas menjelang adzan Isya untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
  • Saat Makan Malam (4 gelas): 2 gelas saat makan malam, dan 2 gelas sebelum tidur untuk membantu proses pencernaan.
  • Saat Sahur (2 gelas): 1 gelas saat bangun tidur dan 1 gelas setelah makan sahur untuk memberikan energi selama berpuasa.

Konsumsi air putih yang cukup saat sahur sangat krusial untuk menjaga stamina dan konsentrasi sepanjang hari. Mengganti kebiasaan minum teh berlebih saat sahur dengan air putih merupakan langkah bijak untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Perlu diingat, kesehatan selama berpuasa merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu memperhatikan asupan cairan sangatlah vital.

Kesimpulannya, meskipun minum teh merupakan bagian dari tradisi, penting untuk memperhatikan jumlah konsumsinya, terutama saat sahur. Prioritaskan air putih sebagai minuman utama untuk mencegah dehidrasi dan menjaga kesehatan tubuh selama bulan Ramadhan.