Eskalasi Konflik Israel-Gaza: Serangan Udara dan Laut Tewaskan Warga Sipil
Eskalasi Konflik Israel-Gaza: Serangan Udara dan Laut Tewaskan Warga Sipil
Ketegangan di Jalur Gaza kembali meningkat drastis menyusul serangan militer Israel yang dilancarkan secara intensif sejak Selasa (18/3). Serangan udara dan laut yang dilakukan oleh Angkatan Pertahanan Israel (IDF) menargetkan sejumlah posisi militer Hamas di utara Gaza dan kapal-kapal yang diduga berafiliasi dengan kelompok tersebut. IDF mengklaim serangan tersebut sebagai tindakan preemptif, menanggapi indikasi persiapan serangan terhadap wilayah Israel. Namun, serangan ini telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa di kalangan warga sipil Palestina, memicu kecaman internasional dan memperdalam krisis kemanusiaan di Gaza.
Laporan dari pejabat kesehatan Gaza, yang dikutip oleh berbagai media internasional seperti Reuters dan Al Arabiya, menyebutkan setidaknya lima warga Palestina tewas pada Rabu (19/3) akibat serangan IDF. Tiga korban meninggal dunia dalam serangan udara yang menghantam sebuah rumah di pinggiran kota Sabra, Gaza City. Dua korban lainnya tewas dalam serangan terpisah di Beit Hanoun, Gaza utara, yang juga mengakibatkan enam warga sipil lainnya mengalami luka-luka. Jumlah korban tewas akibat serangan udara IDF sejak Selasa (18/3) telah meningkat hingga lebih dari 400 jiwa, menurut otoritas kesehatan Gaza. Angka ini menunjukkan betapa dahsyatnya serangan yang telah dilakukan. IDF sendiri hanya mengkonfirmasi penargetan posisi militer Hamas, namun tidak memberikan rincian mengenai jumlah korban sipil yang jatuh.
Selain serangan udara, IDF juga melancarkan serangan laut. Kapal-kapal militer Israel menyerang sejumlah kapal di perairan Gaza yang menurut klaim Tel Aviv terkait dengan Hamas dan Jihad Islam. Beberapa saksi mata di Gaza melaporkan bahwa drone Israel menembaki beberapa kapal nelayan di pantai Gaza City, mengakibatkan sejumlah kapal terbakar. Insiden ini semakin memperparah situasi kemanusiaan di Gaza yang telah lama menderita blokade ekonomi dan kekurangan berbagai kebutuhan pokok.
Tidak hanya melancarkan serangan militer, IDF juga menyebarkan selebaran di wilayah Beit Hanoun dan Khan Younis. Selebaran tersebut berisi perintah pengungsian bagi penduduk sipil, memperingatkan bahwa mereka berada di dalam “zona pertempuran yang berbahaya” dan menganjurkan untuk segera meninggalkan rumah mereka. Pernyataan IDF yang menekankan bahaya tinggal di dalam area konflik, menunjukkan bahwa eskalasi konflik masih berpotensi meningkat dan menimbulkan ancaman serius bagi keselamatan warga sipil di Gaza.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memperingatkan bahwa serangan-serangan ini “hanya permulaan”. Sementara itu, Hamas membalas dengan menuduh Netanyahu telah “menjatuhkan hukuman mati” terhadap 59 sandera yang masih ditahan di Gaza. Pernyataan-pernyataan keras dari kedua belah pihak semakin meningkatkan kekhawatiran akan berlanjutnya siklus kekerasan dan semakin mempersulit upaya perundingan perdamaian.
Serangan ini menandai berakhirnya gencatan senjata yang berlangsung selama hampir dua bulan. Upaya untuk memperpanjang gencatan senjata dilaporkan menemui jalan buntu sebelum serangan tersebut dilancarkan. Situasi ini menuntut campur tangan internasional yang segera dan efektif untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan melindungi warga sipil dari kekerasan yang tak terhindarkan. Krisis kemanusiaan di Gaza yang semakin memburuk memerlukan respons internasional yang komprehensif untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan memastikan perlindungan bagi penduduk sipil.