Konstruksi Akses Jalan di Atas Kali Pondok Cina Picu Polemik Pasca Banjir Margonda

Konstruksi Akses Jalan di Atas Kali Pondok Cina Picu Polemik Pasca Banjir Margonda

Banjir yang melanda Jalan Margonda Raya, Kota Depok, pada awal Maret 2025 lalu, telah menyoroti keberadaan sebuah akses jalan yang dibangun di atas aliran Kali Pondok Cina. Akses jalan tersebut merupakan bagian dari bangunan ruko dua lantai yang terdiri dari sebuah bengkel, yang letaknya strategis di sepanjang Jalan Margonda Raya. Bangunan ini terbagi oleh aliran kali, dengan lantai dasar bengkel berbatasan langsung dengan jalan raya, dan lantai atas berada di seberang kali. Untuk menghubungkan kedua lantai, dibangunlah sebuah konstruksi jalan setapak berteralis di atas Kali Pondok Cina, yang kini menjadi pusat perhatian dan perdebatan.

Konstruksi akses jalan ini, yang berupa teralis besi hitam yang membentang di atas aliran kali, memungkinkan akses kendaraan masuk dan keluar bengkel. Para pekerja bengkel, Sutaryo (53) dan Hermansyah (59), telah bekerja di lokasi tersebut selama puluhan tahun. Sutaryo, yang telah bekerja di bengkel tersebut sejak tahun 1995 dengan jeda singkat, menyatakan bahwa banjir yang terjadi pada awal Maret bukanlah disebabkan oleh konstruksi akses jalan tersebut. Ia menekankan bahwa luapan Kali Pondok Cina yang menyebabkan genangan di Jalan Margonda Raya disebabkan oleh penyumbatan sampah di gorong-gorong dekat Depok Town Square (Detos). "Sebenarnya sudah puluhan tahun saya di sini, enggak ada hubungan banjir sama ini (pijakan teralis). Di sana yang bikin mampet, saya lihat berapa itu sampahnya banyak (di Detos)," ungkap Sutaryo.

Pernyataan Sutaryo ini diperkuat oleh Hermansyah yang menambahkan bahwa posisi bangunan bengkel yang lebih rendah daripada tanggul di sekitarnya turut menyebabkan air meluap keluar dari bengkel. "Kami (bengkel) posisinya di sini lebih rendah dari yang lain tanggulnya. Jadi akhirnya airnya keluar dari sini," jelas Hermansyah. Ia juga menunjuk pada tumpukan sampah sebagai faktor utama penyebab terhambatnya aliran air. "Terus ini juga karena sampah ya, sampahnya sudah banyak di ujung sananya gitu, jadi laju airnya ketahan," tambahnya. Meskipun demikian, keberadaan konstruksi akses jalan di atas kali tetap menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap aliran sungai dan potensi risiko banjir di masa mendatang. Kejadian banjir tersebut mengakibatkan kemacetan di Jalan Margonda Raya hingga sekitar pukul 09.00 WIB.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan penting terkait perencanaan tata ruang dan pengawasan pembangunan di sekitar aliran sungai. Apakah konstruksi akses jalan tersebut telah melalui proses perizinan yang sesuai dan mempertimbangkan aspek keamanan dan lingkungan? Perlu adanya kajian lebih lanjut untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan dampak lingkungan dari pembangunan akses jalan tersebut. Selain itu, upaya pencegahan banjir yang komprehensif, termasuk pengelolaan sampah dan perawatan infrastruktur drainase, juga perlu menjadi fokus utama pemerintah daerah untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa di masa depan. Kejadian ini menjadi pengingat penting akan perlunya perencanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan memperhatikan aspek keamanan publik.

Kesimpulan: Keberadaan akses jalan di atas Kali Pondok Cina menjadi sorotan setelah banjir di Jalan Margonda Raya. Meskipun para pekerja bengkel menyangkal hubungan langsung antara konstruksi dan banjir, peristiwa tersebut memicu diskusi penting tentang perencanaan tata ruang, pengawasan pembangunan, dan upaya pencegahan banjir yang lebih terintegrasi.