Masjid Jami' Peneleh: Saksi Bisu Sejarah Islam di Surabaya

Masjid Jami' Peneleh: Saksi Bisu Sejarah Islam di Surabaya

Di jantung kawasan Peneleh, Surabaya, berdiri megah Masjid Jami' Peneleh, sebuah monumen sejarah yang menyimpan jejak perkembangan Islam di kota pahlawan. Terletak di Jalan Peneleh V No 41 RW 03, Genteng, Surabaya, masjid kuno ini bukan sekadar tempat ibadah, melainkan saksi bisu perjalanan panjang penyebaran agama Islam sejak abad ke-15. Meskipun minimnya literatur tertulis yang secara pasti mencatat sejarah berdirinya, arsitektur uniknya menjadi bukti otentik peran penting masjid ini dalam sejarah lokal.

Menurut Ketua Takmir Masjid Jami' Peneleh, Sofyan, masjid ini dipercaya didirikan oleh Raden Rahmat, atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Ampel, sekitar tahun 1430 Masehi. Klaim ini, menurut Sofyan, diperkuat oleh prasasti Mbah Cempo yang mengindikasikan keberadaan komunitas Muslim di Peneleh bahkan sebelum Sunan Ampel berdakwah di daerah Ampel. “Cerita yang berkembang menyebutkan Masjid Jami' Peneleh berdiri sebelum Masjid Ampel,” ungkap Sofyan dalam wawancara baru-baru ini. Awalnya berupa surau kecil, bangunan ini kemudian dipugar menjadi masjid pada abad ke-18, dan sejak itulah dikenal sebagai Masjid Jami' Peneleh. Peran masjid ini sebagai pusat penyebaran Islam di Peneleh dan sekitarnya selaras dengan pendekatan dakwah Sunan Ampel yang dikenal damai dan toleran.

Masjid Jami' Peneleh, yang disebut-sebut sebagai masjid tertua kedua di Surabaya, juga menyimpan catatan sejarah kelam. Bangunan bersejarah ini pernah mengalami kerusakan akibat serangan meriam Belanda pada masa kolonial. Meskipun telah mengalami renovasi dua kali, pada tahun 1900-an dan 1986, integritas arsitekturnya tetap dipertahankan. Bentuk asli masjid, yang uniknya menyerupai perahu terbalik jika dilihat dari atas, berhasil dijaga. Arah bangunan yang menghadap ke barat, menurut Sofyan, memiliki makna simbolik yang mengarahkan umat menuju kiblat, Mekkah.

Arsitektur masjid ini begitu memikat. Dinding putih tulang dihiasi ornamen keramik kecoklatan, atapnya berbentuk limas tiga susun mirip joglo, dan langit-langitnya yang tinggi dengan kisi-kisi menambah pesona bangunan klasik ini. Di dalam serambi terdapat sumur tua berdiameter sekitar 50 cm, yang konon terhubung dengan sumur Masjid Ampel. Sumur ini kini telah ditutup. Kesepuluh tiang kayu jati penyangga atap, yang dijuluki Soko Guru, melambangkan sepuluh malaikat Allah. Masjid seluas 999 meter persegi ini dikelilingi 25 ventilasi dengan ukiran aksara Arab yang indah, masing-masing bertuliskan nama Nabi.

Selain arsitekturnya yang memukau, Masjid Jami' Peneleh juga menyimpan berbagai kisah menarik. Salah satunya adalah legenda beduk tua yang konon ditemukan di Sungai Kalimas dan memiliki khasiat pengobatan. Beduk ini konon hanya dapat berbunyi di Masjid Jami' Peneleh, meskipun pernah dipindahkan ke Masjid Kemayoran dan Masjid Rahmat Kembang Kuning. Namun, beduk tersebut tidak lagi digunakan selama beberapa dekade untuk menghindari penyimpangan kepercayaan.

Kisah lain yang menambah aura spiritual masjid adalah keberadaan sumur tua yang diyakini terhubung dengan sumur Masjid Ampel dan bahkan sumur Zam-Zam di Mekkah. Meskipun kebenaran cerita ini belum dapat diverifikasi secara ilmiah, keberadaan sumur tersebut tetap menambah daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Masjid Jami' Peneleh, dengan sejarahnya yang kaya dan arsitektur yang unik, merupakan warisan budaya dan keagamaan yang patut dijaga dan dilestarikan.