Bank Indonesia Pertahankan BI Rate di 5,75 Persen: Antisipasi Risiko Global dan Jaga Stabilitas Ekonomi Domestik
Bank Indonesia Pertahankan BI Rate di 5,75 Persen: Antisipasi Risiko Global dan Jaga Stabilitas Ekonomi Domestik
Bank Indonesia (BI) pada Rabu (19/03/2025) kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) pada level 5,75 persen. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai faktor makro ekonomi domestik dan global, terutama untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi di tengah ketidakpastian ekonomi internasional yang masih tinggi. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menekankan bahwa langkah ini selaras dengan strategi bank sentral dalam menjaga proyeksi inflasi tahun 2025 dan 2026 tetap berada dalam target 1,5-3,5 persen.
Inflasi Terkendali dan Stabilitas Rupiah
Data inflasi terkini menunjukkan tren yang menguntungkan. Pada Februari 2025, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat deflasi 0,09 persen secara tahunan, dipengaruhi terutama oleh kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50 persen yang berlaku selama Januari dan Februari. Meskipun demikian, BI tetap memantau perkembangan inflasi dengan cermat. Berikut rincian komponen inflasi pada periode tersebut:
- Administered prices: Deflasi 9,02 persen
- Inflasi harga pangan bergejolak (volatile food): 0,56 persen
- Inflasi inti: 2,48 persen
BI menilai inflasi inti tetap terkendali, sejalan dengan kebijakan suku bunga yang telah diterapkan. Sementara itu, nilai tukar rupiah hingga 18 Maret 2025 menunjukkan penguatan 0,94 persen secara point to point (ptp), setelah sempat melemah pada bulan Februari. Penguatan ini didorong oleh beberapa faktor, antara lain:
- Penurunan aliran modal asing ke saham regional, termasuk Indonesia, akibat ketidakpastian global.
- Imbal hasil investasi Indonesia yang menarik.
- Inflasi yang rendah.
- Prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap positif.
BI optimistis bahwa nilai tukar rupiah akan tetap stabil, didukung oleh langkah-langkah bank sentral dalam menjaga fundamental ekonomi domestik yang kuat.
Ketidakpastian Global dan Strategi Antisipatif
Faktor eksternal juga menjadi pertimbangan utama dalam penetapan BI-Rate. Ketidakpastian ekonomi global masih tinggi, terutama dampak dari kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang semakin meluas. Kondisi ekonomi global saat ini ditandai dengan:
- AS: Pertumbuhan ekonomi melambat di tengah meningkatnya insentif fiskal, sementara inflasi turun lebih lambat dari perkiraan.
- Eropa, Jepang, dan India: Permintaan domestik masih lemah, ekspor melambat, dan kepercayaan pelaku usaha rendah.
- China: Pelemahan ekonomi masih terasa meskipun ada upaya pelebaran defisit fiskal pada tahun 2025.
BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2025 hanya mencapai 3,2 persen. Pasar keuangan global juga masih diliputi ketidakpastian, ditandai dengan penurunan yield US Treasury, pelemahan indeks dolar AS (DXY), dan pergeseran arus modal global dari AS ke aset aman seperti emas dan obligasi. Investasi saham masih terkonsentrasi di negara maju (kecuali AS) dan belum menunjukkan aliran signifikan ke negara berkembang.
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, BI menilai bahwa mempertahankan BI-Rate pada level 5,75 persen merupakan langkah tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global. Kebijakan ini bertujuan untuk memastikan ketahanan eksternal tetap kuat dan stabilitas ekonomi dalam negeri terjaga. Koordinasi kebijakan yang tepat dan terukur tetap menjadi kunci dalam menghadapi ketidakpastian global yang dinamis.