Peningkatan Arus Mudik di Pelabuhan Samarinda Jelang Lebaran 2025
Peningkatan Arus Mudik di Pelabuhan Samarinda Jelang Lebaran 2025
Sebelas hari menjelang perayaan Idul Fitri 1446 H, Pelabuhan Samarinda mulai merasakan peningkatan signifikan arus mudik. Fenomena ini didorong oleh sejumlah faktor, terutama pilihan transportasi laut yang dinilai lebih ekonomis dan mampu mengakomodasi barang bawaan pemudik dalam jumlah besar. Berbeda dengan moda transportasi udara yang cenderung lebih mahal, khususnya bagi pemudik yang membawa banyak barang, kapal laut menawarkan solusi yang lebih terjangkau dan praktis.
Solihin (43), seorang pemudik asal Parepare yang telah enam tahun merantau di Samarinda, mengungkapkan kegembiraannya dapat kembali ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga. Keputusan untuk menggunakan transportasi laut didasari pertimbangan biaya dan kapasitas angkut barang. "Saya asal dari Parepare, memang mau pulang kampung sama anak istri. Sudah enam tahun saya di Samarinda belum pulang-pulang. Saya kerja soalnya di sini. Kalau naik kapal lebih murah, angkutan juga bisa lebih banyak kita," ujarnya saat ditemui di pelabuhan pada Rabu (18/3/2025). Sentimen serupa diungkapkan oleh banyak pemudik lainnya yang menjadikan kapal sebagai moda transportasi utama mereka untuk mudik.
Petugas operasional pelabuhan, Jamaludin, menjelaskan bahwa meskipun kapal Queen Soya yang melayani rute Samarinda-Parepare memiliki kapasitas hingga 1.600 penumpang, saat ini jumlah penumpang yang berangkat baru mencapai sekitar 800 orang. Namun, Jamaludin memprediksi angka tersebut akan terus meningkat dalam beberapa hari mendatang, dengan puncaknya diperkirakan terjadi pada tanggal 25 hingga 27 Maret 2025. Antisipasi terhadap lonjakan penumpang ini telah dilakukan pihak pelabuhan dengan rencana pendirian posko pelayanan mulai tanggal 21 Maret 2025. Posko tersebut akan berfungsi sebagai pusat informasi dan fasilitator kelancaran arus mudik.
Perbedaan fasilitas mudik antar kota juga menjadi sorotan. Berbeda dengan Balikpapan dan Bontang yang menyediakan program mudik gratis, Samarinda tahun ini tidak menyediakan fasilitas serupa. Hal ini tentu berdampak pada beban biaya perjalanan yang ditanggung para pemudik secara mandiri. "Mudik gratis hanya ada di Balikpapan dan Bontang, untuk Samarinda tidak ada," tambah Jamaludin. Ketiadaan program mudik gratis di Samarinda ini menunjukkan disparitas layanan publik yang perlu menjadi perhatian pemerintah daerah.
Pihak pelabuhan terus memantau dan mengoptimalkan pelayanan untuk memastikan kelancaran arus mudik. Koordinasi dengan berbagai pihak terkait juga dilakukan untuk mengantisipasi potensi kendala yang mungkin muncul selama periode puncak arus mudik. Keselamatan dan kenyamanan penumpang tetap menjadi prioritas utama dalam operasional pelabuhan selama periode mudik Lebaran ini. Kesiapan menghadapi puncak arus mudik menjadi fokus utama untuk memastikan seluruh pemudik dapat mencapai kampung halaman dengan selamat dan lancar.