Sekolah Rakyat Terapkan Seleksi Ketat untuk Siswa dari Keluarga Miskin

Sekolah Rakyat Terapkan Seleksi Ketat untuk Siswa dari Keluarga Miskin

Program Sekolah Rakyat yang menawarkan pendidikan gratis bagi siswa miskin dan miskin ekstrem dihadapkan pada tantangan kapasitas terbatas. Hal ini memaksa lembaga pendidikan tersebut untuk menerapkan sistem seleksi yang ketat guna memastikan hanya calon siswa yang benar-benar membutuhkan dan memiliki komitmen belajar tinggi yang diterima. Sistem seleksi ini dirancang untuk memilah para pendaftar dan menjamin efektivitas program dalam memberikan dampak positif bagi peserta didik yang membutuhkan.

Ketua Formatur Sekolah Rakyat, Muhammad Nuh, menjelaskan bahwa seleksi ini didasarkan pada dua kriteria utama: tingkat kemiskinan dan kemampuan akademik. "Kriteria kemiskinan merupakan syarat mutlak," tegas Nuh dalam keterangan pers di kantor Kementerian Sosial pada Rabu, 19 Maret 2025. "Selain itu, kami juga mempertimbangkan kemampuan akademik calon siswa untuk memastikan kesesuaian dengan program pembelajaran yang ditawarkan." Pembatasan kuota ini diyakini penting untuk menjaga kualitas pendidikan dan mencegah penyalahgunaan program.

Lebih lanjut, Nuh menjelaskan bahwa seleksi ini juga bertujuan untuk menyaring calon siswa yang hanya ingin memanfaatkan fasilitas asrama tanpa memiliki motivasi belajar yang kuat. Sekolah Rakyat menyediakan berbagai fasilitas, termasuk makan dan tempat tinggal, sehingga penting untuk memastikan para siswa benar-benar memanfaatkan kesempatan tersebut untuk meningkatkan kualitas hidup mereka melalui pendidikan. "Jika ada yang masuk hanya karena ingin pindah tempat tinggal, tanpa komitmen belajar yang tinggi, hal tersebut justru akan merusak sistem dan merugikan siswa lain yang benar-benar membutuhkan," imbuhnya. Oleh karena itu, proses seleksi yang ketat menjadi kunci keberhasilan program ini.

Sekolah Rakyat berkomitmen untuk memastikan tidak ada siswa yang putus sekolah selama mengikuti program. Pihak sekolah akan melakukan evaluasi menyeluruh jika ada siswa yang mengundurkan diri. "Apabila ada siswa yang keluar, kami akan menelusuri penyebabnya, apakah karena kendala pengelolaan program atau faktor eksternal seperti permintaan orang tua. Kami akan berupaya semaksimal mungkin agar semua siswa dapat menyelesaikan pendidikan mereka," jelas Nuh.

Optimisme terhadap animo masyarakat terhadap program ini tetap tinggi. Namun, jika jumlah pendaftar masih kurang, Sekolah Rakyat akan memperluas seleksi ke lapisan masyarakat dengan tingkat kemiskinan yang sedikit lebih baik. "Proses seleksi akan dimulai dari desil 1 (kelompok masyarakat paling miskin). Jika kuota belum terpenuhi, kami akan mempertimbangkan pendaftar dari desil 2 dan 3. Kami juga akan mempertimbangkan calon siswa dari kabupaten lain di sekitar lokasi sekolah," pungkas Nuh. Langkah ini menunjukkan komitmen Sekolah Rakyat untuk memberikan kesempatan pendidikan seluas-luasnya kepada mereka yang membutuhkan.

  • Sekolah Rakyat akan memprioritaskan siswa dari desil 1 (paling miskin) dalam proses seleksi.
  • Jika kuota belum terpenuhi, Sekolah Rakyat akan memperluas seleksi ke desil 2 dan 3.
  • Sekolah Rakyat juga mempertimbangkan calon siswa dari kabupaten lain.
  • Sekolah Rakyat berkomitmen mencegah siswa putus sekolah dan akan menyelidiki penyebab jika ada siswa yang keluar.
  • Dua kriteria utama seleksi: tingkat kemiskinan dan kemampuan akademik.