Penguatan Infrastruktur Pesisir: Menimbang Urgensi Giant Sea Wall di Jabodetabek dan Solusi Terintegrasi

Penguatan Infrastruktur Pesisir: Menimbang Urgensi Giant Sea Wall di Jabodetabek dan Solusi Terintegrasi

Ancaman serius berupa banjir rob dan penurunan permukaan tanah (land subsidence) di wilayah pesisir utara Jabodetabek, khususnya Jakarta, Semarang, dan Gresik, mendorong perlunya langkah strategis dalam pengelolaan sumber daya air dan perlindungan wilayah pesisir. Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menekankan pentingnya memperkuat tanggul pantai sebagai solusi jangka menengah, sembari terus mengkaji pembangunan Giant Sea Wall sebagai solusi jangka panjang. Pernyataan ini disampaikan AHY dalam sebuah rapat koordinasi di Jakarta pada Rabu, 19 Maret 2025.

AHY menegaskan bahwa pembangunan Giant Sea Wall, jika memang menjadi solusi final, harus dipertimbangkan secara matang dan terintegrasi. Perencanaan harus memperhitungkan dampak ekologis dan sosial ekonomi bagi masyarakat pesisir. Hal ini selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang memprioritaskan penyelamatan manusia dan lingkungan sebelum membahas skema pendanaan. Pemilihan sumber pendanaan, baik dari dalam negeri, dunia usaha, maupun pihak swasta internasional, akan menjadi pertimbangan selanjutnya. Proses perencanaan yang matang ini meliputi kajian desain dan mekanisme pembiayaan yang efektif dan berkelanjutan.

Selain pembangunan Giant Sea Wall, AHY juga menyoroti pentingnya strategi alternatif untuk mengatasi penurunan tanah. Pengurangan eksploitasi air tanah melalui optimalisasi suplai air dari Bendungan Jatiluhur dan Bendungan Karian merupakan langkah krusial. Strategi ini bertujuan untuk menekan laju penurunan tanah yang memperparah dampak banjir rob. Pemerintah diharapkan dapat mengintegrasikan berbagai strategi tersebut dalam satu rencana aksi komprehensif untuk pengelolaan wilayah pesisir.

Urgensi percepatan pembangunan Giant Sea Wall:

Di Jakarta Utara, kebutuhan akan Giant Sea Wall semakin mendesak. Wakil Wali Kota Jakarta Utara, Juaini Yusuf, pada Senin, 16 Desember 2024, menyatakan harapannya agar proyek strategis nasional ini dapat segera direalisasikan. Banjir rob yang terus menerus melanda wilayah tersebut, khususnya di kawasan Muara Angke, Penjaringan, yang mengalami genangan hingga satu meter selama tiga hari berturut-turut pada pertengahan Desember 2024, menjadi bukti nyata urgensi solusi permanen seperti Giant Sea Wall. Keberadaan tanggul raksasa diharapkan dapat melindungi permukiman warga dari genangan air laut saat pasang dan menjaga aktivitas masyarakat pesisir tetap berjalan normal.

Kesimpulan:

Permasalahan banjir rob dan penurunan tanah di pesisir utara Jabodetabek membutuhkan solusi terintegrasi yang komprehensif. Penguatan tanggul pantai sebagai solusi jangka menengah, dikombinasikan dengan upaya pengurangan eksploitasi air tanah dan kajian matang pembangunan Giant Sea Wall sebagai solusi jangka panjang, merupakan pendekatan yang perlu dipertimbangkan. Perencanaan yang berkelanjutan, memperhatikan aspek ekologis dan sosial ekonomi masyarakat pesisir, serta dukungan pembiayaan yang terjamin, menjadi kunci keberhasilan strategi ini dalam melindungi masyarakat dan lingkungan dari ancaman tersebut.