Polri Berduka: Briptu Ghalib, Tulang Punggung Keluarga, Gugur Tragis Saat Operasi
Briptu Ghalib: Pahlawan Muda yang Gugur dalam Tugas
Tragedi berdarah menyelimuti institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dengan gugurnya Briptu Anumerta Ghalib, seorang anggota polisi yang ditembak oleh oknum Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat menjalankan tugas penggerebekan arena judi sabung ayam di Kabupaten Way Kanan, Lampung, pada Rabu (19/03/2025). Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, terlebih bagi keluarga yang telah kehilangan tulang punggung utama. Ayahanda Briptu Ghalib sendiri baru saja meninggal dunia sebulan sebelum peristiwa nahas ini terjadi, menambah beban duka yang dirasakan keluarga.
Ketegaran dan pengabdian Briptu Ghalib kepada negara patut diacungi jempol. Pamannya, Chandra, menceritakan bahwa cita-cita almarhum untuk menjadi anggota Polri telah terpatri sejak usia dini. Demi mewujudkan impiannya membela negara, Ghalib rela berjuang keras, termasuk menurunkan berat badan secara signifikan saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) agar memenuhi standar kesehatan dalam seleksi penerimaan anggota Polri. Kegigihannya membuahkan hasil, ia berhasil lulus dari Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling pada tahun 2021 dan menjalani masa tugasnya dengan penuh dedikasi, hingga akhirnya gugur di medan tugas. Chandra mengungkapkan, "Nggak menyangka dapat kabar keponakan saya ini gugur saat bertugas. Almarhum ini tulang punggung keluarga, ayahnya sebulan lalu meninggal dunia." Semangat pengabdiannya yang tinggi, tergambar jelas dari tekadnya dalam mengejar cita-cita dan ketekunannya dalam berlatih untuk mencapai standar fisik kepolisian. Selepas lulus dari SPN Kemiling, ia mengaku merasa menikmati perannya sebagai anggota Polri yang membela hukum dan keadilan di tengah masyarakat.
Tuntutan Keadilan Atas Kematian Briptu Ghalib
Kehilangan Briptu Ghalib menyisakan kesedihan mendalam bagi keluarga dan institusi Polri. Lebih dari itu, peristiwa ini menimbulkan tuntutan keadilan yang kuat. Chandra, paman Briptu Ghalib, mendesak agar pihak berwenang menjatuhkan hukuman seberat-beratnya kepada pelaku penembakan yang telah diamankan. Menurutnya, tindakan para pelaku merupakan kejahatan yang tidak dapat ditoleransi, mengingat Briptu Ghalib gugur saat menjalankan tugas negara dalam upaya memberantas praktik perjudian di bulan Ramadan. "Para korban ini sedang menjalankan tugas negara. Mereka memberantas praktik perjudian saat Ramadan, tetapi justru ditembaki hingga meninggal dunia, para pelaku harus dihukum berat," tegas Chandra. Pernyataan ini mencerminkan rasa amarah dan tuntutan keadilan yang meluas di tengah masyarakat, khususnya di kalangan keluarga dan rekan-rekan Briptu Ghalib. Peristiwa ini menjadi pengingat penting tentang betapa besarnya risiko yang ditanggung oleh para anggota kepolisian dalam menjalankan tugasnya untuk melindungi dan mengayomi masyarakat. Semoga keadilan dapat ditegakkan dan kasus ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak.
Refleksi atas Kejadian
Insiden ini bukan hanya soal kehilangan nyawa seorang anggota Polri, melainkan juga sebuah tragedi yang mempertanyakan keamanan dan perlindungan bagi petugas penegak hukum saat menjalankan tugas. Perlunya evaluasi menyeluruh terhadap prosedur keamanan dan perlindungan bagi petugas saat bertugas di lapangan, khususnya dalam operasi-operasi yang berisiko tinggi seperti penggerebekan tempat perjudian. Penting juga untuk meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar aparat penegak hukum guna mencegah terjadinya insiden serupa di masa mendatang. Semoga tragedi ini menjadi momentum untuk memperkuat sinergi dan soliditas antar institusi, serta menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dan perlindungan bagi para pengayom masyarakat.