IHSG Menukik Tajam, Rupiah Tertekan di Tengah Sentimen Global Negatif
IHSG Menukik Tajam, Rupiah Tertekan di Tengah Sentimen Global Negatif
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Rabu, 19 Maret 2025, di zona merah, mencatat koreksi signifikan menyusul pemberlakuan trading halt sehari sebelumnya. Pada pukul 09.02 WIB, IHSG berada di level 6.155, turun 67,45 poin atau 1,08 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di angka 6.221,19. Pergerakan ini menunjukkan masih rendahnya kepercayaan investor terhadap pasar saham domestik, di tengah membaiknya sentimen di pasar global dan Asia. Dari total saham yang diperdagangkan, 140 saham bergerak di zona hijau, 193 saham di zona merah, dan 195 saham lainnya stagnan. Nilai transaksi hingga pukul 09.02 WIB mencapai Rp 716,56 miliar dengan volume 610,63 juta saham.
Penurunan IHSG ini, menurut Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, merupakan cerminan hilangnya kepercayaan pelaku pasar terhadap prospek perekonomian Indonesia. Kemarin, IHSG mengalami penurunan lebih dari 5 persen, memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) menerapkan trading halt selama 30 menit untuk menstabilkan pasar. Arus keluar dana asing (foreign capital outflow) yang mencapai Rp 2,49 triliun menjadi pemicu utama pelemahan tersebut. Analisis teknikal dari Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksikan potensi pelemahan IHSG yang terbatas, dengan support di level 6.000 dan resistance di level 6.380. Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, memperkirakan tren penurunan IHSG berpotensi berlanjut menuju 5.838, berdasarkan proyeksi Fibonacci. Ia menambahkan, selama IHSG berada di bawah 6.557, setiap kenaikan yang terjadi diperkirakan akan bersifat minor, menunjukkan kekuatan tren penurunan yang masih berlanjut.
Pelemahan Rupiah dan Sentimen Global
Di tengah pelemahan IHSG, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga mengalami tekanan. Pada pukul 09.09 WIB, rupiah berada di level Rp 16.521 per dolar AS, melemah 93,5 poin (0,57 persen) dibandingkan penutupan hari sebelumnya di level Rp 16.428. Ariston Tjendra, pengamat pasar uang, menjelaskan bahwa kekhawatiran pasar yang meningkat, tercermin dari kenaikan harga emas hingga kisaran 3.031 dolar AS per troy ons, turut menekan aset berisiko seperti rupiah. Sentimen negatif dari potensi perang dagang akibat kebijakan tarif, pelambatan ekonomi global, dan eskalasi konflik di Gaza semakin memperburuk situasi. Pasar juga tengah menantikan hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dapat memicu konsolidasi posisi di pasar keuangan dan menekan aset berisiko.
Meskipun demikian, Ariston memperkirakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia mungkin tidak akan mengubah kebijakan suku bunga acuan untuk saat ini. Terkait IHSG, ia melihat potensi pemulihan (recovery) yang didukung oleh pelaku pasar yang siap menyerap saham di harga yang lebih rendah. Ia memprediksi potensi pelemahan rupiah hingga level 16.500, dengan support di sekitar 16.380. Pergerakan bursa regional Asia menunjukkan beragam, dengan Strait Times naik 0,53 persen, Shanghai Composite turun 0,37 persen, Nikkei 225 naik 0,56 persen, dan Hang Seng turun 0,33 persen.
Perkembangan IHSG dan pelemahan rupiah ini menjadi sorotan utama pasar, mencerminkan kompleksitas dinamika ekonomi global dan domestik yang saling terkait dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pasar modal Indonesia.