Revolusi Transplantasi Jantung: Pria Australia Hidup 105 Hari dengan Jantung Titanium

Revolusi Transplantasi Jantung: Pria Australia Hidup 105 Hari dengan Jantung Titanium

Sebuah terobosan medis monumental telah dicapai di Australia. Seorang pria berusia 40-an berhasil bertahan hidup selama 105 hari dengan jantung buatan berbahan titanium, sebuah pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kedokteran. Pompa titanium seukuran kepalan tangan ini, bertindak sebagai jantung pengganti sementara, menjadi jembatan kehidupan bagi pasien gagal jantung tersebut hingga ia menerima donor jantung pada bulan Maret. Keberhasilan ini menandai babak baru dalam penanganan penyakit jantung parah, menawarkan harapan bagi jutaan pasien yang menunggu transplantasi.

Sebelum pemasangan jantung titanium, kondisi pasien sangat memprihatinkan. Ia hanya mampu berjalan sejauh 10 hingga 15 meter sebelum mengalami sesak napas hebat. Namun, berkat teknologi mutakhir ini, kondisinya kini telah membaik secara signifikan. "Sekarang, ia sudah bangun dan bisa melakukan hal-hal yang selama bertahun-tahun tidak dapat dilakukannya," ungkap ahli jantung transplantasi Chris Hayward, kepala tim bedah di Rumah Sakit St. Vincent, Sydney, tempat operasi dilakukan. Pernyataan ini menggarisbawahi dampak transformatif dari inovasi teknologi jantung buatan ini terhadap kualitas hidup pasien.

Inovasi ini, hasil kerja keras selama hampir 25 tahun, merupakan bagian dari proyek Artificial Heart Frontiers. Dr. Paul Jansz, ahli bedah utama dalam prosedur ini, menggambarkan penemuan tersebut sebagai "pengubah permainan", sebuah pernyataan yang didukung oleh keberhasilan jangka panjang yang belum pernah terlihat sebelumnya. Dibandingkan dengan implan jantung titanium pertama pada manusia tahun lalu yang hanya bertahan selama delapan hari, keberhasilan pasien Australia ini menunjukkan potensi luar biasa dari teknologi ini dalam jangka panjang.

Jantung buatan ini, hasil rancangan insinyur biomedis Australia Daniel Timms dari perusahaan perangkat medis BiVACOR, memiliki keunggulan signifikan dibandingkan teknologi jantung buatan lainnya. Terbuat dari titanium, material yang "hampir tidak dapat pecah", jantung ini dirancang dengan hanya satu bagian yang bergerak: rotor magnetis yang berputar tanpa kontak langsung dengan permukaan lain, meminimalkan keausan dan korosi. Desainnya yang kompak, seberat 650 gram, memungkinkan pemasangan pada pasien dewasa, bahkan anak-anak berusia sekitar 12 tahun.

Ketahanan jantung titanium ini juga patut diacungi jempol. Dalam pengujian laboratorium, desain ini telah beroperasi terus menerus selama empat tahun dan masih berfungsi. Berbeda dengan jantung buatan lainnya yang memiliki daya tahan terbatas, jantung titanium ini menawarkan potensi untuk bertahan dalam jangka waktu yang jauh lebih lama. Meskipun belum diketahui secara pasti berapa lama jantung ini dapat berfungsi di dalam tubuh manusia, hasil uji coba selama 105 hari ini memberikan bukti awal yang sangat menjanjikan.

Lebih lanjut, Dr. Hayward optimis akan masa depan teknologi ini. "Dalam dekade berikutnya kita akan melihat jantung buatan menjadi alternatif bagi pasien yang tidak dapat menunggu donor jantung atau ketika jantung donor tidak tersedia," katanya. Pernyataan ini menekankan potensi besar jantung titanium untuk mengatasi masalah kelangkaan organ donor, yang menjadi kendala utama dalam transplantasi jantung. Setiap tahun, kurang dari 6.000 transplantasi jantung dilakukan di seluruh dunia, sementara jutaan pasien membutuhkannya. Jantung titanium ini menawarkan secercah harapan bagi mereka yang menderita penyakit jantung parah.

Keunggulan Jantung Titanium BiVACOR:

  • Terbuat dari titanium yang sangat tahan lama dan hampir tidak dapat pecah.
  • Hanya memiliki satu bagian yang bergerak, meminimalkan keausan dan korosi.
  • Ukurannya yang kompak memungkinkan pemasangan pada berbagai ukuran pasien.
  • Dapat menopang aktivitas fisik, termasuk olahraga, pada pria dewasa.
  • Berpotensi untuk bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam tubuh manusia.

Keberhasilan ini membuka jalan bagi masa depan transplantasi jantung yang lebih cerah, memberikan harapan baru bagi pasien yang membutuhkan transplantasi jantung dan menghadapi tantangan ketersediaan organ donor yang terbatas.