Penurunan Tajam IHSG Picu Penghentian Perdagangan Sementara: Sentimen Global dan Domestik Jadi Biang Keladi
Penurunan Tajam IHSG Picu Penghentian Perdagangan Sementara: Sentimen Global dan Domestik Jadi Biang Keladi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan drastis pada Selasa (18/3), menyentuh level terendah 6.011,8. Kondisi ini memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menghentikan sementara perdagangan (trading halt) melalui sistem Jakarta Automated Trading System (JATS) pada pukul 11:19:31 WIB. Anjloknya IHSG tersebut dipicu oleh kombinasi faktor sentimen negatif global dan domestik yang saling berinteraksi dan memperparah kondisi pasar.
Dari perspektif global, Maximilianus Nicodemus, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, menunjuk beberapa faktor utama. Meningkatnya tensi geopolitik akibat konflik Rusia-Ukraina yang diperkirakan akan berlarut-larut menjadi salah satu penyebab utama. Potensi pembalasan tarif yang lebih besar dari Uni Eropa atas kebijakan Presiden AS Donald Trump juga turut menambah kekhawatiran investor. Ditambah lagi, kekhawatiran akan resesi di Amerika Serikat yang terus meningkat semakin menekan sentimen pasar saham global, termasuk IHSG.
Namun, sentimen negatif tersebut diperparah oleh kondisi domestik yang kurang kondusif. Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang menunjukkan penurunan penerimaan pajak hingga 30% dan defisit mencapai Rp 31,2 triliun dalam dua bulan pertama tahun ini menjadi sorotan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan peningkatan risiko fiskal di Indonesia dan mendorong investor untuk mencari alternatif investasi yang lebih aman dan memberikan kepastian imbal hasil yang lebih tinggi. Akibatnya, aliran investasi keluar dari pasar saham Indonesia dan beralih ke instrumen investasi lain seperti obligasi.
Senada dengan Nicodemus, Ekonom Universitas Paramadina Jakarta, Wijayanto Samirin, turut menambahkan beberapa faktor penyebab penurunan IHSG. Ia menekankan dampak negatif dari outlook fiskal Indonesia di tahun 2025 yang berat dan hasil APBN bulan Februari yang buruk. Lebih lanjut, ia mengkritik kebijakan pemerintah yang dinilai tidak realistis dan kurang berlandaskan pada kajian teknokrasi yang jelas, sehingga menimbulkan ketidakpastian di mata investor.
Selain itu, sejumlah kasus mega korupsi yang terjadi di Indonesia juga turut melemahkan kepercayaan investor. Ditambah lagi, protes besar-besaran terkait revisi UU TNI dan kekhawatiran akan penurunan peringkat kredit Indonesia semakin memperburuk situasi. Gabungan faktor-faktor ini, menurut Samirin, telah menimbulkan ketakutan di kalangan investor dan berdampak langsung pada kinerja IHSG.
Kesimpulannya, penurunan tajam IHSG dan penghentian perdagangan sementara merupakan cerminan dari kompleksitas permasalahan ekonomi global dan domestik. Minimnya kepercayaan investor akibat faktor internal, dipadukan dengan sentimen negatif dari luar negeri, menciptakan situasi yang menekan pasar modal Indonesia. Perbaikan fundamental ekonomi domestik dan penyelesaian isu-isu krusial menjadi kunci untuk mengembalikan kepercayaan investor dan menstabilkan IHSG di masa mendatang.
Berikut ringkasan poin-poin penting yang menyebabkan penurunan IHSG:
- Tensi geopolitik yang meningkat (Konflik Rusia-Ukraina).
- Potensi pembalasan tarif Uni Eropa terhadap AS.
- Kekhawatiran resesi di AS.
- Penurunan penerimaan pajak hingga 30% dan defisit APBN Rp 31,2 triliun.
- Outlook fiskal Indonesia tahun 2025 yang berat.
- Kebijakan pemerintah yang tidak realistis dan tanpa kajian teknokrasi.
- Kasus mega korupsi di Indonesia.
- Protes revisi UU TNI.
- Kekhawatiran penurunan peringkat kredit Indonesia.