Proyek Kota Xiong'an: Mimpi Kota Masa Depan China yang Terbengkalai?
Proyek Kota Xiong'an: Mimpi Kota Masa Depan China yang Terbengkalai?
Dengan investasi fantastis senilai US$ 85 miliar atau sekitar Rp 1,4 kuadriliun (kurs Rp 16.483), Pemerintah China membangun Kota Xiong'an di Provinsi Hebei sebagai solusi atas kepadatan penduduk di wilayah perkotaan. Diluncurkan pada tahun 2017 oleh Presiden Xi Jinping sebagai 'kota warisan' dengan visi pembangunan berkelanjutan yang inovatif, Xiong'an direncanakan sebagai pusat teknologi dan administrasi yang futuristik, lengkap dengan infrastruktur hijau, cerdas, dan konektivitas digital canggih. Namun, delapan tahun setelah perencanaan ambisius tersebut, Xiong'an justru menjadi sorotan karena sebagian besar areanya tetap kosong dan terkesan seperti 'kota hantu'.
Kegagalan Xiong'an dalam menarik penduduk, khususnya para pekerja muda, menjadi pertanyaan besar. Meskipun infrastruktur megah telah dibangun, termasuk stasiun kereta api besar dengan 13 peron dan 23 jalur yang seluas 475.200 meter persegi, kehidupan sosial yang minim menjadi kendala utama. Sejumlah pekerja yang telah dipindahkan ke sana mengeluhkan minimnya kesempatan bersosialisasi dan hiburan, terutama bagi mereka yang sering lembur. Kurangnya tempat rekreasi dan fasilitas pendukung kehidupan sosial, seperti tempat makan bersama, membuat Xiong'an kurang menarik bagi kaum muda yang mendambakan kehidupan sosial yang aktif. Hal ini diperkuat oleh kesaksian seorang wanita yang mengungkapkan kebosanannya di Xiong'an karena minimnya kesempatan untuk bersosialisasi dan mencari pasangan.
Bahkan, para pebisnis pun ragu untuk membuka cabang di Xiong'an. Meskipun pemerintah menawarkan subsidi perekrutan yang menarik, Zhang Cheng, seorang pemilik bisnis kecil, menyatakan keraguannya apakah para pekerjanya akan mau pindah ke sana. Ia menjelaskan, kehidupan sosial merupakan faktor penting bagi karyawannya, termasuk kebutuhan untuk bertemu klien dan rekan bisnis di luar jam kerja, sesuatu yang masih terbatas di Xiong'an. Ia menyoroti pentingnya aktivitas sosial seperti makan malam bersama, minum bersama, atau karaoke, yang saat ini belum tersedia memadai di kota tersebut.
Kegagalan Xiong'an menarik penduduk dan bisnis menunjukkan kompleksitas dalam perencanaan kota besar. Meskipun investasi infrastruktur yang masif dan visi yang futuristik, aspek non-fisik seperti kehidupan sosial dan kualitas hidup terabaikan. Proyek ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang pendekatan pembangunan perkotaan yang berfokus pada infrastruktur semata tanpa mempertimbangkan kebutuhan sosial dan budaya masyarakat. Dengan target penyelesaian penuh pada tahun 2035, pertanyaan besar tetap menggantung: apakah Xiong'an akan mampu mengatasi tantangan ini dan mewujudkannya sebagai kota yang hidup dan berkelanjutan, atau hanya akan menjadi monumen ambisi yang gagal?
Beberapa poin penting lainnya yang perlu dipertimbangkan:
- Kurangnya fasilitas rekreasi dan hiburan: Minimnya pilihan hiburan dan tempat rekreasi menjadi salah satu faktor utama yang membuat Xiong'an kurang menarik bagi para pekerja muda.
- Perencanaan yang kurang memperhatikan aspek sosial: Proyek ini tampaknya lebih berfokus pada infrastruktur fisik dibandingkan dengan faktor sosial dan budaya yang penting bagi kehidupan masyarakat.
- Tantangan dalam menarik investasi: Meskipun ada insentif dari pemerintah, banyak investor masih ragu untuk menanamkan modal di Xiong'an karena kekhawatiran tentang kurangnya pasar dan daya tarik bagi para pekerja.
- Dampak ekonomi jangka panjang yang tidak pasti: Kegagalan proyek ini dapat berdampak negatif pada perekonomian regional dan menimbulkan kerugian besar bagi keuangan negara.