Dari Ranjang Rumah Sakit, Paus Fransiskus Ajak Dunia Akhiri Konflik dan Refleksi Diri
Dari Ranjang Rumah Sakit, Paus Fransiskus Ajak Dunia Akhiri Konflik dan Refleksi Diri
Paus Fransiskus, yang tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Gemelli, Roma, kembali menyuarakan seruannya untuk mengakhiri konflik global. Dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh surat kabar Italia terkemuka, Corriere della Sera, pemimpin umat Katolik sedunia ini menekankan urgensi perdamaian di tengah krisis global yang berkepanjangan. Surat yang ditulis pada tanggal 14 Maret 2025 tersebut bukan sekadar ungkapan keprihatinan, melainkan ajakan mendalam untuk refleksi diri dan perubahan paradigma dalam menghadapi konflik. Lebih dari sekedar seruan perdamaian, Paus Fransiskus menggarisbawahi pentingnya peran media dalam membentuk opini publik dan budaya damai.
Paus Fransiskus secara khusus menyoroti kekuatan kata-kata, yang menurutnya, mampu membangun atau menghancurkan. Beliau menulis, "Kata-kata tidak pernah hanya sekadar kata-kata: kata-kata adalah fakta yang membangun lingkungan manusia. Kata-kata dapat menghubungkan atau memecah belah, melayani kebenaran atau menggunakannya." Pesan ini diulangi dengan menekankan kebutuhan akan "melucuti kata-kata, melucuti pikiran, dan melucuti Bumi." Ajakan untuk menciptakan ruang refleksi, ketenangan, dan pemahaman atas kompleksitas situasi global menjadi inti dari pesan Paus. Beliau berpendapat bahwa perang hanya menghancurkan tanpa menawarkan solusi, dan mendesak diplomasi dan organisasi internasional untuk menemukan kembali kredibilitas dan peran vitalnya dalam menyelesaikan konflik. Perang, menurut Paus, adalah tindakan yang semakin tidak masuk akal di era modern ini.
Dalam suratnya kepada Direktur Corriere della Sera, Luciano Fontana, Paus Fransiskus mengungkapkan rasa syukur dan menggarisbawahi betapa kerapuhan manusia justru bisa menjadi pengingat akan hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup. "Kerapuhan manusia, pada kenyataannya, memiliki kekuatan untuk membuat kita lebih jelas tentang apa yang bisa bertahan dan apa yang berlalu, apa yang membuat kita hidup dan apa yang membunuh," tulisnya. Paus Fransiskus kemudian menyimpulkan bahwa perdamaian membutuhkan komitmen, kerja keras, keheningan, dan kata-kata yang bijak dan penuh tanggung jawab.
Kondisi kesehatan Paus Fransiskus sendiri menjadi latar belakang yang signifikan. Rawat inap kali ini merupakan yang terpanjang selama 12 tahun masa kepausannya. Beliau dirawat di sebuah kamar suite di lantai 10 Rumah Sakit Gemelli sejak 14 Februari lalu, karena menderita pneumonia. Meskipun sempat mengalami masa kritis dengan gangguan pernapasan, kondisi Paus kini dilaporkan stabil. Pihak Vatikan melaporkan bahwa Paus Fransiskus telah mampu bernapas tanpa bantuan oksigen penuh, beralih ke aliran oksigen yang dikurangi. Meskipun sedang menjalani perawatan medis, Paus tetap melanjutkan pekerjaannya sebisa mungkin, mengganti waktu istirahatnya dengan doa.
Keberadaan surat ini menunjukkan komitmen Paus Fransiskus terhadap perdamaian dunia, bahkan di tengah kondisi kesehatannya yang mengalami tantangan. Ajakan untuk refleksi dan perubahan bukan hanya ditujukan kepada para pemimpin dunia, tetapi juga kepada setiap individu, agar mampu membangun dunia yang lebih damai dan berkelanjutan.
Sumber: AFP, Corriere della Sera