Defisit APBN Awal Tahun Tak Pengaruhi IHSG, DPR Yakin Ekonomi Akan Pulih
Defisit APBN Awal Tahun Tak Pengaruhi IHSG, DPR Yakin Ekonomi Akan Pulih
Anggota Komisi XI DPR RI, Misbakhun, memberikan penjelasan terkait defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mencapai Rp 31,2 triliun hingga 28 Februari 2025 dan dampaknya terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ia menegaskan bahwa defisit APBN di awal tahun bukanlah indikator yang akurat untuk memprediksi kinerja pasar saham jangka panjang. Pernyataan ini disampaikan Misbakhun di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, Selasa (18/3/2025).
Misbakhun menekankan bahwa defisit APBN di awal tahun merupakan hal yang lumrah dan siklus yang biasa terjadi. Ia menjelaskan bahwa defisit ini biasanya akan terkompensasi dengan peningkatan penerimaan negara pada periode selanjutnya. "Defisit APBN di awal tahun merupakan fenomena yang sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk waktu pelaporan pajak," ujarnya. Ia memprediksi peningkatan penerimaan negara akan terjadi seiring dengan tenggat waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) pada Maret dan April yang akan segera datang. Baik dari wajib pajak perorangan maupun korporasi, diharapkan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan penerimaan negara.
Lebih lanjut, Misbakhun menjelaskan optimismenya terhadap peningkatan pendapatan negara dari sektor lain. Ia menjabarkan bahwa penerimaan bea cukai dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) diperkirakan akan mengalami kenaikan. "Kenaikan harga komoditas dunia diproyeksikan akan memberikan dampak positif terhadap penerimaan negara dari sektor bea cukai dan PNBP," katanya. Dengan demikian, defisit APBN di awal tahun diyakini akan dapat diatasi dengan peningkatan penerimaan negara di periode berikutnya.
Terkait dengan penurunan IHSG, Misbakhun menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan dinamika pasar yang normal dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk sentimen pasar yang fluktuatif dan sulit diprediksi. Ia menyarankan agar publik tidak perlu terlalu khawatir dengan penurunan IHSG yang terjadi saat ini. "Pasar saham memiliki sifat yang volatil, dan penurunan IHSG saat ini bukan merupakan indikasi dari kondisi perekonomian yang buruk," tegasnya.
Kesimpulannya, Misbakhun menegaskan bahwa defisit APBN di awal tahun merupakan hal yang wajar dan tidak perlu dikaitkan secara langsung dengan penurunan IHSG. Ia optimistis bahwa perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh positif, didukung oleh peningkatan penerimaan negara di masa mendatang dan dinamika pasar yang normal.
Poin-poin penting:
- Defisit APBN Rp 31,2 triliun hingga 28 Februari 2025.
- Defisit APBN di awal tahun adalah hal yang normal dan siklis.
- Diperkirakan akan terjadi rebound penerimaan negara pada Maret-April karena pelaporan SPT PPh.
- Peningkatan penerimaan bea cukai dan PNBP diproyeksikan.
- Penurunan IHSG merupakan dinamika pasar yang normal dan sulit diprediksi.
- DPR optimistis perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh positif.