Serangan Udara Israel di Gaza Picu Ancaman Eskalasi Konflik dari Houthi Yaman

Serangan Udara Israel di Gaza Picu Ancaman Eskalasi Konflik dari Houthi Yaman

Kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengeluarkan kecaman keras atas serangan udara Israel terbaru di Jalur Gaza pada Selasa, 18 Maret 2025. Serangan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dalam jumlah besar tersebut, memicu reaksi tegas dari Houthi yang mengancam akan meningkatkan operasi militer mereka sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas. Pernyataan resmi Dewan Politik Tertinggi Houthi yang dirilis melalui kantor berita AFP, menekankan keprihatinan mendalam mereka terhadap agresi yang terjadi dan menegaskan komitmen mereka untuk memberikan bantuan serta meningkatkan aksi konfrontasi terhadap Israel.

Dalam pernyataan tersebut, Houthi secara eksplisit menyatakan bahwa rakyat Palestina tidak akan ditinggalkan sendirian dalam menghadapi serangan tersebut. Dukungan ini, diungkapkan melalui peningkatan bantuan dan langkah-langkah konfrontatif yang akan diambil oleh kelompok tersebut. Langkah ini meningkatkan kekhawatiran akan potensi meluasnya konflik di kawasan tersebut dan implikasinya terhadap stabilitas regional. Serangan udara Israel, yang dilaporkan menewaskan sedikitnya 330 orang menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas, merupakan serangan paling intens sejak gencatan senjata Januari lalu. Insiden ini telah menandai babak baru dalam konflik yang berkepanjangan antara Israel dan Palestina, dan telah menarik perhatian internasional.

Houthi, yang selama ini dikenal sebagai bagian dari ‘poros perlawanan’ Iran, telah secara aktif terlibat dalam konflik ini. Sejak perang Gaza meletus, kelompok tersebut telah melancarkan beberapa serangan drone dan rudal terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan wilayah Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Serangan-serangan ini menimbulkan dampak signifikan terhadap lalu lintas pelayaran internasional, karena Laut Merah merupakan jalur pelayaran penting yang dilalui sekitar 12% lalu lintas kapal dunia. Penutupan sementara jalur pelayaran ini telah memaksa banyak perusahaan pelayaran untuk mengambil rute alternatif yang lebih panjang dan mahal melalui ujung selatan benua Afrika.

Meskipun sempat menghentikan serangan mereka selama masa gencatan senjata, Houthi kembali melayangkan ancaman untuk melanjutkan serangan jika Israel tidak mencabut blokade terhadap bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ancaman ini semakin diperkuat dengan serangkaian serangan yang diklaim Houthi telah dilancarkan terhadap kapal perang AS di Laut Merah dalam kurun waktu 48 jam terakhir, termasuk klaim serangan terhadap kapal induk USS Harry S. Truman, meskipun klaim tersebut dibantah oleh pihak militer AS. Situasi ini diperparah dengan serangan udara AS di Yaman yang menargetkan Houthi, mengakibatkan korban jiwa sipil, termasuk anak-anak, yang semakin meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut. Amerika Serikat sendiri telah menyatakan komitmennya untuk menggunakan kekuatan yang diperlukan untuk mengakhiri ancaman Houthi terhadap jalur pelayaran internasional.

Eskalasi konflik ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak kemanusiaan yang lebih luas dan potensi konflik regional yang lebih besar. Peran berbagai aktor internasional dalam merespon situasi ini akan sangat menentukan dalam upaya mencegah meluasnya konflik dan melindungi warga sipil.

Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Serangan udara Israel di Gaza mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang signifikan.
  • Houthi mengancam akan meningkatkan operasi militer sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas.
  • Serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas pelayaran internasional.
  • AS telah melakukan serangan udara di Yaman yang menargetkan Houthi.
  • Terdapat saling klaim serangan antara Houthi dan pihak AS di Laut Merah.

Situasi ini menuntut perhatian dan solusi diplomatik yang efektif untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan memastikan keamanan dan stabilitas regional.