Misteri Hilangnya Iptu Tomi Marbun: Polda Papua Barat Bantah Dugaan Sabotase, Keluarga Minta Keterangan Transparan

Misteri Hilangnya Iptu Tomi Marbun: Polda Papua Barat Bantah Dugaan Sabotase, Keluarga Minta Keterangan Transparan

Kasus hilangnya Iptu Tomi Samuel Marbun, mantan Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni, saat operasi penangkapan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua Barat, masih menjadi sorotan publik. Polda Papua Barat, melalui Kapolda Irjen Johnny Eddizon Isir, secara tegas membantah dugaan adanya unsur sabotase dalam peristiwa yang terjadi pada 18 Desember 2024 di Kali Rawara, Kampung Meyah Lama, Distrik Moskona Barat tersebut. Bantahan ini disampaikan Isir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPR pada Senin, 17 Maret 2025, yang juga dihadiri oleh istri Iptu Tomi, Ria Tarigan.

Isir menjelaskan bahwa operasi pencarian Iptu Tomi telah dilakukan secara bertahap dan melibatkan aparat gabungan. Tahap pertama, berlangsung pada 18-30 Desember 2024, menghadapi kendala geografis dan keterbatasan alat komunikasi. Pencarian dilakukan menyusuri sungai, serta menggunakan helikopter dan drone. Meskipun upaya maksimal telah dilakukan, pencarian tahap pertama tidak membuahkan hasil. Pencarian tahap kedua, dilaksanakan pada 28 Januari-3 Februari 2025, juga belum berhasil menemukan Iptu Tomi. Kapolda menekankan komitmen Polda Papua Barat dalam upaya pencarian yang disebutnya telah dilakukan secara sungguh-sungguh dan serius, namun hingga kini keberadaan Iptu Tomi masih belum diketahui.

Kejanggalan Versi Keluarga dan Kesulitan Komunikasi:

Namun, keterangan resmi Polda Papua Barat tersebut mendapat tantangan dari keluarga Iptu Tomi. Ria Tarigan, istri Iptu Tomi, mengungkapkan sejumlah kejanggalan dalam kronologi kejadian yang diterima keluarganya. Perbedaan informasi yang signifikan diterima Ria dari berbagai sumber, mulai dari Wakapolres yang menginformasikan longboat terbalik, hingga Kapolres yang menyebut Iptu Tomi tergelincir. Kejanggalan lainnya muncul dari keterangan Brigpol Roland Manggaprouw, anggota yang turut serta dalam operasi tersebut. Meskipun Roland menjelaskan kesulitannya menolong Iptu Tomi karena benturan di wajah, Ria tidak menemukan tanda-tanda fisik tersebut pada diri Roland. Selain itu, beberapa anggota polisi lain yang turut dalam operasi enggan memberikan keterangan, menambah keraguan keluarga terhadap transparansi informasi yang diberikan.

Keterbatasan Komunikasi dan Verifikasi Informasi:

Pihak kepolisian mengakui adanya keterbatasan komunikasi dan akses di wilayah operasi yang berdampak pada lambatnya verifikasi dan validasi informasi. Kondisi geografis yang menantang dan keterbatasan peralatan komunikasi menjadi alasan utama mengapa informasi yang diterima dari lokasi kejadian seringkali tidak lengkap dan membutuhkan waktu untuk diverifikasi. Namun, penjelasan ini dinilai kurang memuaskan oleh keluarga korban yang menginginkan transparansi dan kepastian atas nasib Iptu Tomi.

Operasi Penangkapan KKB dan Tewasnya Marthen Aikinggin:

Iptu Tomi memimpin operasi penangkapan Marthen Aikinggin, DPO kasus pembunuhan, saat kejadian. Operasi tersebut berlanjut hingga Marthen Aikinggin tewas dalam baku tembak dengan aparat. Ironisnya, nasib pemimpin operasi tersebut hingga kini masih menjadi misteri, memicu spekulasi dan pertanyaan publik tentang kronologi lengkap kejadian dan upaya pencarian yang telah dilakukan.

Kesimpulannya, kasus hilangnya Iptu Tomi Marbun masih jauh dari kata selesai. Perbedaan narasi antara pihak kepolisian dan keluarga korban, ditambah dengan kendala geografis dan keterbatasan komunikasi, memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan transparansi yang lebih tinggi untuk mengungkap kebenaran di balik misteri hilangnya Iptu Tomi. Keluarga korban berharap agar semua pihak dapat bekerja sama untuk mengungkap kebenaran dan memberikan kepastian atas nasib Iptu Tomi.