Distribusi Sembako Murah di Sukabumi Menuai Kritik, Warga Keluhkan Tata Kelola dan Minta Dedi Mulyadi Mengawasi
Distribusi Sembako Murah di Sukabumi Menuai Kritik
Sejumlah warga Kota Sukabumi, Jawa Barat, mengeluhkan pelaksanaan operasi pasar murah yang menyediakan sembako bersubsidi. Kekecewaan tersebut mencuat setelah ratusan warga gagal mendapatkan paket sembako murah pada hari pertama penyelenggaraannya, Selasa (18/3/2025), di halaman Kantor Pos Kota Sukabumi. Salah satu warga, Erna Susilawati (40), mengungkapkan kekecewaannya karena telah mengantre sejak pukul 05.00 pagi, namun gagal mendapatkan sembako karena tidak membawa fotokopi KTP berwarna, sebuah persyaratan yang menurutnya tidak diinformasikan sebelumnya. "Kekecewaan sangat mendalam karena saya datang pagi-pagi sekali, tetapi ditolak karena persyaratan administrasi yang tidak diinformasikan dengan jelas," ujar Erna kepada awak media. Ia menambahkan bahwa antrean yang tidak tertib dan kurangnya informasi membuat situasi semakin kacau dan berujung pada banyaknya warga yang gagal mendapatkan sembako.
Ketidakjelasan informasi dan kurangnya pengaturan antrean, menurut Erna, menyebabkan antusiasme warga yang tinggi berujung pada kekacauan. Kondisi ini bahkan menyebabkan beberapa warga mengalami pingsan akibat kelelahan menunggu. Menanggapi situasi tersebut, Erna pun meminta Dedi Mulyadi, seorang tokoh publik yang dikenal dekat dengan masyarakat, untuk turun langsung meninjau lokasi dan menindaklanjuti masalah ini. "Kepada Bapak Dedi Mulyadi, saya mohon untuk datang ke lokasi di wilayah Tipar, Kecamatan Citamiang, agar dapat melihat langsung kondisi di lapangan," pinta Erna. Ia berharap kehadiran Dedi Mulyadi dapat membantu menyelesaikan permasalahan ini dan mencegah kejadian serupa terulang.
Penjelasan Pihak Penyelenggara
Sementara itu, Alita Dila, Ketua Satgas Operasi Pasar Subsidi Kota Sukabumi, memberikan penjelasan terkait pelaksanaan operasi pasar murah tersebut. Alita menjelaskan bahwa keterbatasan jumlah paket sembako menjadi penyebab utama banyaknya warga yang gagal mendapatkan bantuan. Bulog, melalui Kantor Pos Kota Sukabumi, hanya menyediakan 3.000 paket sembako yang dibagi selama tiga hari, yaitu Selasa, Rabu, dan Kamis (18-20 Maret 2025). Setiap harinya, hanya tersedia 1.000 paket sembako dengan harga subsidi Rp 72.000 per paket, atau 50 persen lebih murah dari harga normal yang diperkirakan mencapai Rp 142.000.
Meskipun mengakui adanya kendala dalam pelaksanaan, Alita menyatakan bahwa operasi pasar murah akan tetap berlangsung hingga Kamis. Pihaknya berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk memperbaiki tata kelola dan sistem distribusi pada penyelenggaraan selanjutnya. Hal ini mencakup penyampaian informasi yang lebih jelas kepada masyarakat dan pengaturan antrean yang lebih tertib guna menghindari kerumunan dan memastikan penyaluran bantuan sembako berjalan lancar dan merata. Perbaikan sistem informasi dan manajemen antrean menjadi poin penting yang akan dievaluasi untuk memastikan keadilan dan efisiensi dalam pendistribusian sembako bersubsidi tersebut.
Kesimpulan
Kejadian ini menyoroti pentingnya perencanaan dan koordinasi yang matang dalam penyelenggaraan program bantuan sosial seperti operasi pasar murah. Transparansi informasi dan manajemen antrean yang efektif menjadi kunci keberhasilan program tersebut, sehingga bantuan benar-benar tepat sasaran dan tidak menimbulkan kecemasan dan kerugian bagi masyarakat yang membutuhkan.