Kisah Wilhelmi Massay: Seorang Perawat Amerika yang Memeluk Islam Setelah Saksikan Keteguhan Iman Warga Gaza

Kisah Wilhelmi Massay: Perawat Amerika yang Memeluk Islam Setelah Saksikan Keteguhan Iman Warga Gaza

Wilhelmi Massay, seorang perawat Amerika yang akrab disapa Willy Masai, telah memeluk agama Islam. Keputusan spiritualnya ini terinspirasi dari pengalamannya sebagai relawan medis di Jalur Gaza, wilayah Palestina yang dilanda konflik berkepanjangan. Selama agresi militer Israel di Gaza, Masai bersama empat relawan medis lainnya dari Amerika Serikat memberikan pelayanan di Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan dan Rumah Sakit Indonesia di utara. Pengalamannya di tengah situasi peperangan yang dahsyat telah mengubah pandangan hidupnya secara mendalam.

Saksi mata atas penderitaan warga Gaza, yang secara konsisten menghadapi serangan brutal, telah menggetarkan hati Masai. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri keteguhan iman masyarakat setempat di tengah kepiluan yang mendalam. Kisah-kisah yang menyayat hati, seperti orang tua yang masih memanjatkan puji-puji kepada Tuhan (Alhamdulillah) meskipun anak-anak mereka menjadi korban serangan udara, telah membekas dalam ingatannya. "Bayangkan, seorang ayah atau ibu menggendong kedua anaknya yang terluka parah di dalam kantong plastik setelah serangan bom Israel, dan mereka masih mengucapkan 'Alhamdulillah!' Itulah iman," ujar Masai dalam sebuah wawancara podcast yang dikutip dari Middle East Monitor.

Masai menggambarkan keimanan warga Gaza sebagai kekuatan yang tak tergoyahkan, bahkan di tengah terjangan bom-bom Israel. Pengalaman ini menjadi titik balik dalam perjalanan spiritualnya. Sebelumnya seorang Katolik yang tengah mempelajari teologi untuk menjadi pendeta, Masai mengaku sering merenungkan kehidupan dan Tuhan setelah menyaksikan keteguhan iman penduduk Palestina. Pertanyaan mendalam mengenai makna kehidupan dan spiritualitas mulai membimbingnya untuk mencari jawaban yang lebih dalam, hingga akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Islam.

Konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina di Gaza telah menimbulkan penderitaan luar biasa bagi penduduk sipil. Serangan-serangan yang berkelanjutan telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang tak terhitung jumlahnya, serta kerusakan infrastruktur dan fasilitas umum secara meluas. Perang yang telah berlarut-larut, yang puncaknya terjadi pasca serangan balasan Israel terhadap Hamas pada Oktober 2023, telah menimbulkan krisis kemanusiaan yang mengerikan. Meskipun terdapat upaya gencatan senjata di pertengahan Januari 2025, kekerasan masih terus berlanjut, seperti yang dilaporkan kantor berita WAFA pada 18 Maret 2025, yang menyebutkan adanya serangan udara baru yang menewaskan 131 warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan. Jumlah korban tewas dan luka-luka terus bertambah seiring berlanjutnya serangan dan warga sipil yang terjebak di bawah reruntuhan.

Kehidupan di Gaza, wilayah padat penduduk berukuran kecil yang berada di bawah blokade ketat, telah diwarnai oleh penderitaan yang terus-menerus. Penduduknya yang mayoritas Muslim Sunni, dengan sedikit populasi Syiah dan Ahmadi, menghadapi tantangan besar dalam menjaga kehidupan sehari-hari mereka di tengah konflik yang tak kunjung usai. Kisah Masai menjadi pengingat akan ketahanan manusia di hadapan tragedi dan bagaimana pengalaman langsung dapat mengubah perspektif dan keyakinan seseorang secara mendalam.

Perubahan hidup Masai merupakan bukti nyata akan dampak konflik di Gaza, yang meluas jauh melampaui batas geografisnya dan menyingkapkan berbagai dimensi kemanusiaan yang kompleks.