Tren Mukbang Anak: Antara Hiburan dan Ancaman Kesehatan

Tren Mukbang Anak: Antara Hiburan dan Ancaman Kesehatan

Fenomena mukbang, atau siaran langsung makan besar, telah melampaui batas geografis dan kini menjangkiti dunia maya. Awalnya populer di Korea Selatan, tren ini telah merambah berbagai platform media sosial, menghasilkan jutaan penonton dan pendapatan bagi para kreator konten. Namun, munculnya tren mukbang yang melibatkan anak-anak kecil telah memicu kekhawatiran serius dari kalangan ahli gizi dan kesehatan.

Berbagai platform, seperti YouTube, menampilkan saluran-saluran yang menampilkan anak-anak terlibat dalam aktivitas makan dalam porsi besar. Contohnya, saluran TheCrunchBros yang memiliki jutaan pelanggan, menampilkan keluarga yang secara rutin memproduksi video mukbang, termasuk partisipasi anak-anak mereka. Fenomena ini tidak hanya terbatas pada Amerika Serikat, tetapi juga meluas ke negara-negara seperti Thailand (BANKII), Korea Selatan (Twin Roozy), dan India (Sara Eats), menunjukkan tren global yang mengkhawatirkan.

Meskipun video-video tersebut tampak menghibur dan menggemaskan, para ahli kesehatan memperingatkan akan dampak negatifnya terhadap kesehatan anak. Aisling Pigott, seorang ahli gizi, menyoroti pergeseran makna waktu makan keluarga. Ia menekankan bahwa makan bersama keluarga seharusnya menjadi momen untuk membangun ikatan emosional dan bukan sekadar pertunjukan untuk konsumsi publik. Ia menambahkan bahwa pola makan yang tidak sehat akibat pengaruh video mukbang dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental anak-anak.

Glen Donnar, seorang peneliti dari RMIT University, Australia, mengungkapkan berbagai motif di balik popularitas mukbang anak-anak. Menurutnya, beberapa penonton tertarik pada kelucuan anak-anak atau suasana hangat keluarga yang ditampilkan. Namun, tidak sedikit pula yang mengkritik konten tersebut, menuding adanya eksploitasi anak, penggunaan citra anak untuk keuntungan finansial, serta promosi pola makan yang tidak sehat.

Kekhawatiran ini semakin diperkuat oleh beberapa kasus kematian tragis yang terkait dengan aktivitas mukbang oleh orang dewasa. Kematian seorang TikToker asal Turki, Efecan Kultur, dan seorang streamer asal China, Pan Xiaoting, menunjukkan risiko kesehatan yang serius terkait dengan kebiasaan makan berlebihan. Kasus-kasus tersebut menjadi peringatan keras tentang bahaya tren mukbang, apalagi jika melibatkan anak-anak yang rentan terhadap pengaruh negatif.

Pertanyaan mengenai etika dan tanggung jawab orang tua dalam melibatkan anak-anak dalam konten mukbang juga perlu dipertanyakan. Meskipun beberapa orang tua berdalih bahwa aktivitas ini dilakukan untuk mendekatkan diri dengan keluarga atau menghasilkan pendapatan, pertanyaan tentang dampak jangka panjang terhadap kesehatan dan perkembangan anak-anak tetap menjadi perhatian utama. Apakah hiburan sepadan dengan risiko kesehatan yang dihadapi anak-anak?

Kesimpulannya, tren mukbang anak-anak menghadirkan dilema yang kompleks. Di satu sisi, konten tersebut dapat memberikan hiburan dan menghasilkan pendapatan. Namun, di sisi lain, risiko terhadap kesehatan fisik dan mental anak-anak, serta potensi eksploitasi, tidak dapat diabaikan. Perlu adanya kesadaran kolektif dari orang tua, kreator konten, dan platform media sosial untuk mengatur dan membatasi konten mukbang yang melibatkan anak-anak, demi melindungi kesejahteraan anak-anak di era digital ini. Regulasi yang ketat dan edukasi publik tentang pola makan sehat sangat penting untuk mencegah dampak negatif tren ini.

Daftar Saluran Mukbang yang Disebutkan:

  • TheCrunchBros (Amerika Serikat)
  • BANKII (Thailand)
  • Twin Roozy (Korea Selatan)
  • Sara Eats (India)