Kematian Sales Mobil di Aceh: Keluarga Minta Keadilan dan Transparansi Proses Hukum

Kematian Sales Mobil di Aceh: Keluarga Minta Keadilan dan Transparansi Proses Hukum

Tragedi tewasnya Hasniafi (37), seorang sales mobil yang akrab disapa Imam, di Aceh Utara telah mengguncang keluarga dan menimbulkan gelombang keprihatinan publik. Dugaan keterlibatan seorang oknum anggota TNI Angkatan Laut Lanal Lhokseumawe berpangkat Kelasi Dua (KLD) dengan inisial DI dalam kematian Imam semakin memperkeruh situasi dan memicu tuntutan agar kasus ini diusut tuntas dan transparan. Keluarga korban, yang kini tengah berduka mendalam, menyatakan kecemasan mereka terkait proses hukum yang sedang berjalan dan mendesak agar keadilan ditegakkan.

Sepupu korban, Tgk Mujirurrahman, mewakili keluarga menyampaikan tuntutannya di pemakaman Imam di Desa Uteun Geulinggang, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara pada Senin (17/03/2025). Ia mengungkapkan keprihatinan mendalam dan mendesak seluruh elemen masyarakat Aceh untuk mengawal kasus ini agar tidak terjadi penyimpangan dan manipulasi fakta. “Kami memohon kepada seluruh rakyat Aceh untuk turut mengawasi jalannya proses hukum ini. Kami berharap dukungan dari awak media untuk membantu kami mendapatkan keadilan,” ungkap Tgk Mujirurrahman dengan nada pilu. Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya menjaga integritas bukti-bukti yang ada agar tidak ada yang hilang atau dimanipulasi. “Jangan sampai ada barang bukti yang dihilangkan. Kami ingin kasus ini dibuka secara terang benderang,” tegasnya.

Keluarga Imam juga menyampaikan harapannya kepada pihak pengadilan militer untuk memberikan vonis yang setimpal kepada pelaku jika terbukti bersalah. “Kami berharap hakim pengadilan militer dapat menggunakan nurani dan memberikan vonis seberat-beratnya sesuai hukum yang berlaku di Indonesia,” tambah Tgk Mujirurrahman. Ketidakpastian mengenai apakah kematian Imam merupakan pembunuhan berencana atau bukan, menjadi salah satu poin yang ditekankan keluarga. Mereka meminta pihak penyidik Pomal untuk memberikan penjelasan yang rinci dan transparan mengenai kronologi kejadian dan motif di balik kematian Imam. “Kami belum mengetahui secara pasti apakah ini pembunuhan berencana atau bukan. Kami berharap pihak berwenang dapat menjelaskan secara detail,” lanjutnya.

Sebelum ditemukannya jasad Imam di Km 30 Gunung Salak, Aceh Utara, Imam sempat dilaporkan hilang bersama mobil yang akan dijualnya, bersama dengan pelaku. Laporan tersebut diajukan ke Polres Lhokseumawe. Penemuan jenazah Imam kemudian dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari tim medis, personel TNI AL, dan satuan reserse dan kriminal Polres Lhokseumawe. Jenazah Imam kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia, Aceh Utara, sebelum akhirnya dimakamkan. Kepergian Imam meninggalkan duka mendalam bagi istri dan tiga anaknya yang masih berusia 12 tahun, 4 tahun, dan 6 bulan.

Kasus ini bukan hanya menyoroti hilangnya nyawa seorang warga sipil, tetapi juga menjadi sorotan tajam terkait profesionalitas penegakan hukum dan transparansi proses hukum yang melibatkan oknum aparat. Keluarga korban, dengan dukungan publik, kini menunggu keadilan dan berharap agar kasus ini dapat diungkap secara tuntas dan transparan, memberikan rasa keadilan bagi keluarga yang ditinggalkan dan mencegah terulangnya peristiwa serupa di masa mendatang. Perhatian publik dan pengawasan ketat terhadap proses hukum yang sedang berlangsung sangat krusial untuk memastikan tercapainya keadilan bagi Imam dan keluarganya.