Lonjakan Impor Kurma Jelang Ramadhan: Mesir Kuasai Pasar Indonesia
Lonjakan Impor Kurma Jelang Ramadhan: Mesir Kuasai Pasar Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan signifikan pada impor kurma Indonesia selama Februari 2025, menjelang bulan suci Ramadhan. Data yang dirilis menunjukkan volume impor mencapai angka 16.470 ton, sedikit di atas angka impor Januari 2025 (16.426 ton) dan jauh melampaui angka impor Februari 2024 yang hanya mencapai 11.243 ton. Peningkatan ini menunjukkan tren yang konsisten menjelang periode Ramadhan dan Lebaran, dengan puncaknya terjadi pada Januari dan Februari setiap tahunnya. Secara nilai, impor kurma pada Februari 2025 mencapai US$ 18,09 juta atau setara Rp 294,86 miliar (dengan kurs Rp 16.300 per dolar AS). Hal ini mencerminkan peningkatan permintaan dalam negeri terhadap komoditas kurma, khususnya menjelang bulan Ramadhan.
Dominasi Mesir dalam pasokan kurma ke Indonesia sangat terlihat jelas. Data BPS menunjukkan bahwa Mesir menjadi penyumbang terbesar impor kurma pada Februari 2025, dengan volume mencapai 9.240 ton atau 56,12% dari total impor. Posisi kedua ditempati oleh Arab Saudi dengan 1.690 ton (16,32%), diikuti oleh Uni Emirat Arab (UEA) dengan 1.190 ton (7,22%). Tren ini berlanjut pada periode kumulatif Januari-Februari 2025, di mana Mesir masih menjadi pemasok utama dengan total 19.390 ton atau 58,95% dari total impor kurma Indonesia selama dua bulan tersebut. Negara-negara lain yang turut menyumbang impor kurma ke Indonesia antara lain Arab Saudi (13,87%), UEA (8,96%), Tunisia (5,87%), dan Iran (4,39%). Total impor kurma selama Januari-Februari 2025 mencapai 32.890 ton dengan nilai US$ 38,76 juta atau sekitar Rp 631,78 miliar.
Lebih luas lagi, peningkatan impor kurma ini terjadi di tengah peningkatan impor nasional secara keseluruhan. BPS mencatat nilai impor Indonesia pada Februari 2025 mencapai US$ 18,86 miliar, meningkat 5,18% dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan impor migas (15,50%) dan impor non-migas (3,52%). Kontribusi impor non-migas terhadap peningkatan nilai impor bulanan mencapai 3,03%, sementara impor migas berkontribusi sebesar 2,14%. Peningkatan impor kurma, sebagai bagian dari impor non-migas, menunjukkan permintaan domestik yang tinggi dan peran penting komoditas ini dalam budaya masyarakat Indonesia selama bulan Ramadhan.
Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak peningkatan impor kurma terhadap perekonomian nasional, termasuk pengaruhnya terhadap neraca perdagangan dan daya saing produk lokal. Perlu pula dikaji strategi pemerintah dalam menjaga keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan domestik dan dukungan terhadap produk dalam negeri.