Ramai Pembeli Air Asin Tanjung Jelang Idulfitri: Tradisi dan Ekonomi Bersatu

Ramai Pembeli Air Asin Tanjung Jelang Idulfitri: Tradisi dan Ekonomi Bersatu

Menjelang perayaan Idulfitri 1444 H, sebuah fenomena unik terjadi di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Sumber air asin Tanjung di Kecamatan Kawalu dipadati warga yang membelinya untuk membuat ketupat. Bukan sekadar tradisi, penjualan air asin ini juga menjadi sumber ekonomi bagi warga setempat. Peningkatan permintaan yang signifikan menjelang Lebaran ini menjadi bukti kuat bagaimana tradisi dan ekonomi dapat berjalan beriringan, menciptakan dampak positif bagi masyarakat.

Sejak awal Ramadan, antrean pembeli sudah terlihat di Kampung Cukang, Kelurahan Tanjung. Iman Hermansyah (42), Ketua Pengelola air asin Tanjung, menuturkan bahwa penjualan air asin meningkat sekitar 60% dibandingkan hari-hari biasa. "Dari tanggal 5 Ramadan, sudah ramai masyarakat yang membeli untuk membuat ketupat Lebaran," ujarnya. Uniknya, pembeli tidak hanya berasal dari Tasikmalaya saja. Mereka datang dari berbagai daerah, seperti Ciamis, Banjar, dan Garut. Bahkan, tak sedikit yang membeli dalam jumlah besar untuk dijual kembali, menandakan potensi ekonomi yang cukup besar dari sumber daya alam yang unik ini.

Air asin Tanjung dijual dengan harga yang relatif terjangkau. Satu galon dijual seharga Rp10.000, sedangkan jeriken biru berkapasitas 35 liter dihargai Rp15.000. Keunikan air ini, menurut Iman, terletak pada cita rasa dan daya tahan ketupat yang dihasilkan. "Air Tanjung itu seperti ada pengawet alami. Rasa ketupat jadi beda, agak kenyal, dan bisa bertahan sampai 6 hari," jelasnya. Hal ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli, yang menginginkan ketupat dengan kualitas dan cita rasa yang istimewa untuk hidangan Lebaran.

Pengelolaan sumber air asin Tanjung dilakukan secara swadaya oleh warga setempat, di bawah koordinasi RW. Sebanyak 21 warga dilibatkan dalam proses penampungan, pendistribusian, dan penjualan air. Sistem ini tidak hanya memberikan penghasilan tambahan bagi warga, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas dalam mengelola sumber daya alam yang menjadi aset bersama. Air ditampung di bak-bak penampungan, kemudian dialirkan ke dua tangki berkapasitas 1000 liter. Pengelolaan yang terorganisir ini menjamin ketersediaan air asin bagi para pembeli, meskipun volume mata airnya tidak terlalu besar.

Keberhasilan pengelolaan air asin Tanjung sebagai sumber ekonomi sekaligus sebagai bagian dari tradisi Lebaran di Tasikmalaya menjadi contoh nyata bagaimana potensi lokal dapat dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat. Ini membuktikan bahwa dengan pengelolaan yang baik dan rasa kebersamaan, sebuah sumber daya alam yang unik dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang berkelanjutan, khususnya bagi masyarakat di sekitarnya. Lebih dari sekedar minuman untuk membuat ketupat, air asin Tanjung telah menjadi simbol kekayaan budaya dan perekonomian lokal Tasikmalaya.

Berikut rincian pengelolaan sumber air asin Tanjung:

  • Pengelola: Warga setempat di bawah koordinasi RW.
  • Jumlah Warga Terlibat: 21 orang.
  • Sistem Penjualan: Langsung kepada pembeli.
  • Kapasitas Tangki: 2 tangki x 1000 liter.
  • Harga Jual: Rp10.000/galon, Rp15.000/jeriken 35 liter.