Puan Maharani Imbau Redakan Ketegangan, Prioritaskan Persatuan Bangsa di Bulan Ramadan

Puan Maharani Imbau Redakan Ketegangan, Prioritaskan Persatuan Bangsa di Bulan Ramadan

Di tengah memanasnya dinamika politik antara PDI Perjuangan dan Presiden Joko Widodo, Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani, menyerukan penghentian segala bentuk perselisihan yang berpotensi memecah belah. Ajakan ini disampaikan Puan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (17/3/2025), tepat di tengah suasana Ramadan, bulan penuh berkah bagi umat Islam.

"Marilah kita sudahi hal-hal yang hanya menimbulkan perpecahan dan prasangka buruk," ujar Puan kepada wartawan. "Apalagi ini bulan Ramadan, bulan penuh berkah. Kita perlu berpikir positif dan bahu-membahu membangun bangsa ini." Puan menekankan pentingnya persatuan dan kerja sama dalam menghadapi berbagai tantangan nasional. Ia menegaskan tidak ada satu pun pihak yang mampu membangun bangsa sendirian, semua elemen masyarakat harus bersinergi.

Lebih lanjut, Puan menjelaskan betapa banyaknya permasalahan bangsa yang menuntut solusi kolaboratif. "Kita masih dihadapkan pada berbagai masalah bangsa dan negara yang memerlukan perhatian bersama. Bagaimana kita membangun bangsa dan negara ini bersama-sama?" tanyanya retorik, menekankan pentingnya kerja sama lintas pihak.

Ia menambahkan, "Bangsa ini perlu dibangun bersama, bukan secara individual. Semua pihak yang memiliki kontribusi dan pemikiran positif untuk bangsa ini, mari kita bergandengan tangan untuk membangun masa depan yang lebih baik." Ketika ditanya secara spesifik mengenai hubungan terkini antara PDI Perjuangan dan Presiden Jokowi, Puan enggan memberikan jawaban lugas. Ia lebih memilih mengajak semua pihak untuk melakukan introspeksi diri.

"Kita semua manusia yang tidak sempurna, pasti memiliki masa lalu. Namun, kita perlu mengingat bahwa membangun bangsa ini tidak bisa dilakukan sendirian. Kita semua pasti pernah melakukan kesalahan, dan introspeksi diri menjadi kunci untuk menatap masa depan bangsa ini, terlebih dengan tantangan global yang kompleks dan permasalahan yang sulit diatasi secara individu," jelasnya.

Respon Terhadap Pernyataan Presiden Jokowi

Sebelumnya, Presiden Jokowi membantah tudingan telah mengirimkan utusan ke PDI Perjuangan untuk mendesak Hasto Kristiyanto mundur dari jabatan Sekretaris Jenderal partai. Ia bahkan menantang PDI Perjuangan untuk mengungkap secara terang benderang siapa utusan yang dimaksud. "Tidak ada (utusan), harusnya disebutkan siapa, biar jelas. Siapa? Siapa?" tegas Jokowi saat ditemui di kediamannya di Sumber, Banjarsari, seperti dikutip dari detikJateng, Jumat (14/3/2025). Presiden juga menyampaikan bahwa dirinya telah berulang kali menahan diri menghadapi berbagai kritik dan hujatan. "Saya sudah diam lho, difitnah saya diam, dicela saya diam, dijelekkan saya diam, dimaki-maki saya diam. Saya ngalah terus, tapi ada batasnya," tambahnya.

Namun, pernyataan Presiden Jokowi tersebut dinilai kontradiktif oleh politisi PDI Perjuangan, Guntur Romli. Guntur mempertanyakan klaim Presiden Jokowi yang mengaku diam, padahal Presiden seringkali berkomunikasi dengan media. "Saya ingin mengomentari pernyataan Jokowi yang mengaku diam, tapi setiap hari sepertinya beliau tiga kali sehari bicara ke media, seperti minum obat. Bagaimana bisa disebut diam?" kata Guntur kepada wartawan pada Sabtu (15/3/2025).

Terkait kabar mengenai utusan Presiden Jokowi yang meminta PDI Perjuangan untuk tidak memecatnya, Guntur enggan berkomentar banyak. Ia hanya menegaskan bahwa penahanan Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, oleh KPK terkait dengan pemecatan Jokowi dan keluarganya dari PDI Perjuangan. "Tak hanya soal utusan, kami juga sudah mendapatkan informasi bahwa Sekjen Hasto akan 'digarap' sebelum Kongres. Dan semua informasi itu terbukti benar," pungkas Guntur.