Infrastruktur Jalan Rusak di Desa Leguwoda, Sikka: Hambatan Perekonomian dan Akses Kesehatan
Infrastruktur Jalan Rusak di Desa Leguwoda, Kabupaten Sikka, NTT: Hambatan Perekonomian dan Akses Kesehatan
Jalan berlumpur dan licin menjadi pemandangan sehari-hari di Desa Leguwoda, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kondisi ini bukan hanya sekadar ketidaknyamanan, melainkan hambatan serius bagi perekonomian dan akses kesehatan warga setempat. Pada Minggu sore, 16 Maret 2025, kondisi jalan menuju desa yang berjarak sekitar 45 kilometer dari Maumere, ibukota Kabupaten Sikka, tersebut terlihat memprihatinkan. Kerusakan jalan, khususnya jalan tani, yang masih berupa tanah, semakin parah saat musim hujan. Banjir yang kerap melanda Kali Dage Duli mengakibatkan lumpuhnya aktivitas warga selama berjam-jam hingga air surut.
Desa Leguwoda, yang terdiri dari tiga dusun – Duli, Woloboa, dan Tana Merah – mayoritas penduduknya bergantung pada sektor pertanian lahan basah. Dengan luas areal persawahan lebih dari 200 hektare, desa ini bahkan menjadi salah satu pemasok beras di Kabupaten Sikka. Ironisnya, infrastruktur jalan yang rusak parah justru menghambat distribusi hasil pertanian dan mobilitas warga. Yanes Depa (53), warga Dusun Duli, menggambarkan kondisi jalan sebagai ‘rusak, berbatu, dan becek’, sekaligus menyoroti betapa sulitnya aksesibilitas, terutama saat musim hujan tiba. Kondisi ini juga berdampak besar pada anak-anak sekolah yang kesulitan mencapai sekolah tepat waktu.
Janji pembangunan jalan dan jembatan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, selama bertahun-tahun belum terealisasi. Petrus Woda, anggota DPRD Sikka, memaparkan sejarah pembangunan infrastruktur jalan di wilayah tersebut yang dimulai pada masa kepemimpinan Bupati Sosimus Mitang (2008-2013) dengan pembangunan jalan aspal, dilanjutkan oleh Bupati Yoseph Ansar Rera (2013-2018) dengan pembangunan jalan rabat. Namun, semua infrastruktur tersebut kini telah rusak. Bahkan, janji pembangunan oleh mantan Bupati Robi Idong pun tak terwujud. Akibatnya, selain menghambat perekonomian, kondisi jalan yang buruk juga berdampak fatal pada akses kesehatan. Petrus menceritakan kisah pilu beberapa tahun lalu, di mana seorang pasien meninggal dunia dalam perjalanan menuju puskesmas, dan dua ibu hamil melahirkan di tengah jalan karena sulitnya akses menuju fasilitas kesehatan.
Lebih memprihatinkan lagi, proyek pembangunan jembatan di Kali Dage Duli yang telah dianggarkan tahun ini terpaksa dibatalkan karena kebijakan efisiensi anggaran pemerintah pusat. Kepala Bapperida Kabupaten Sikka, Moveldes Da Maga Bapa, menjelaskan bahwa pemangkasan Dana Alokasi Umum (DAU) spesifik grant infrastruktur Kabupaten Sikka mencapai lebih dari Rp 21 miliar untuk proyek jalan, jembatan, dan irigasi pada tahun 2025. Kebijakan ini merupakan tindak lanjut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD Tahun 2025. Pemangkasan anggaran ini berdampak luas, tidak hanya pada proyek infrastruktur, tetapi juga pada perputaran ekonomi dan target pendapatan daerah.
Kondisi ini menimbulkan keprihatinan mendalam. Kerusakan infrastruktur jalan di Desa Leguwoda bukan hanya masalah infrastruktur semata, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi yang berdampak pada kehidupan masyarakat. Perbaikan infrastruktur jalan menjadi mendesak dan krusial untuk meningkatkan taraf hidup warga, menopang perekonomian daerah, serta menjamin akses kesehatan yang layak bagi seluruh warga Desa Leguwoda.