Ramadan di Samarinda: Tradisi Kuliner Lokal Tetap Berjaya di Tengah Modernisasi

Ramadan di Samarinda: Tradisi Kuliner Lokal Tetap Berjaya di Tengah Modernisasi

Memasuki pertengahan Ramadan, Kota Samarinda di Kalimantan Timur dibanjiri semarak tradisi berbuka puasa. Beragam hidangan khas daerah memenuhi pasar-pasar takjil yang bermunculan di berbagai sudut kota. Bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan perut yang lapar setelah seharian berpuasa, pasar-pasar ini juga menjadi saksi bisu betapa kuatnya tradisi kuliner lokal bertahan di tengah gempuran kuliner modern. Aroma rempah-rempah dan cita rasa autentik seolah menjadi magnet yang menarik warga Samarinda untuk tetap setia pada warisan kuliner leluhur.

Dari Jalan Bhayangkara hingga kawasan GOR Segiri, sepanjang jalan dipenuhi pedagang kaki lima yang menjajakan aneka takjil. Gurian, kolak, es buah, dan berbagai kue basah tradisional menjadi pilihan utama. Kue-kue seperti amparan tatak, talam pandan, dan roti durian menjadi incaran para pemburu takjil. Salah satu pusat keramaian yang menjadi ikon Ramadan di Samarinda adalah pasar Ramadan di halaman GOR Segiri. Sejak sore hari, ratusan warga telah memadati area tersebut untuk mencari hidangan berbuka puasa. Nur Damayanti (24), warga Kelurahan Sambutan, misalnya, mengaku rutin berburu takjil di pasar ini setiap Ramadan karena lengkapnya pilihan jajanan tradisional yang jarang ditemui di hari biasa. Hal senada juga diungkapkan oleh Casidi (52), penjual martabak bakar khas Banjar yang telah berjualan lebih dari satu dekade di pasar Ramadan GOR Segiri. Ia mengungkapkan bahwa meskipun harga bahan baku meningkat, antusiasme masyarakat Samarinda untuk membeli jajanan berbuka di pasar tersebut tetap tinggi. Uniknya, martabak bakar buatan Casidi menjadi favorit karena proses pemasakannya yang unik, yaitu dipanggang dengan sedikit minyak sehingga menghasilkan aroma 'smokey' yang khas.

Keunikan kuliner Samarinda juga tercermin dalam kue-kue tradisional yang tetap diminati. Kue talam, misalnya, menjadi primadona berkat kelembutan teksturnya dan cita rasa manis yang pas. Hajah Awaliyah (58), penjual kue talam di Jalan Biawan, mengaku permintaan kue talamnya meningkat drastis selama Ramadan. Dalam sehari, ia mampu menjual lebih dari 40 loyang kue talam dengan berbagai varian seperti amparan tatak pisang, talam ketan pandan, dan sari muka. Rahasianya, menurut Hajah Awaliyah, terletak pada penggunaan bahan alami seperti gula aren dan pandan segar untuk menjaga cita rasa autentik. Surya (34), salah satu pelanggan setia Hajah Awaliyah, mengakui keistimewaan kue talam buatannya yang lembut, manisnya pas, dan aromanya khas berkat penggunaan bahan alami.

Selain kue talam, beberapa kue tradisional lainnya seperti ilat sapi dan sagon juga tetap menjadi pilihan favorit warga Samarinda. Ilat sapi, kue dengan tekstur mirip kukis dan taburan wijen, cocok dinikmati bersama teh atau kopi. Sementara itu, sagon, kue berbahan dasar kelapa parut dan tepung ketan, menawarkan cita rasa gurih yang khas. Tak ketinggalan, Roti Durian Panglima, roti berbentuk bantal dengan isian durian asli yang legit, menjadi incaran sebagai oleh-oleh khas Samarinda dan juga sebagai hidangan berbuka. Sari (34), salah satu penjual Roti Durian Panglima, mengatakan bahwa roti tersebut populer karena menggunakan durian asli tanpa pengawet, sehingga menghasilkan rasa yang benar-benar autentik. Tekstur yang lembut dan aroma durian yang kuat menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Samarinda maupun wisatawan.

Ramadan di Samarinda tidak hanya menjadi momen ibadah, tetapi juga perayaan kekayaan kuliner tradisional. Di tengah modernisasi yang pesat, warisan kuliner lokal tetap bertahan dan menjadi bagian penting dari tradisi berbuka puasa. Keberagaman dan cita rasa autentik kuliner Ramadan di Samarinda menjadi bukti kuatnya akar budaya dan kearifan lokal di tengah arus globalisasi. Seiring mendekatnya akhir Ramadan, diperkirakan pasar-pasar takjil akan semakin ramai, dan warga Samarinda akan terus berburu hidangan terbaik untuk menutup hari-hari penuh berkah ini dengan momen berbuka yang penuh kebersamaan.