Diplomasi Gencatan Senjata Ukraina: AS dan Rusia Bernegosiasi di Tengah Tekanan Internasional

Diplomasi Gencatan Senjata Ukraina: AS dan Rusia Bernegosiasi di Tengah Tekanan Internasional

Perundingan intensif terkait gencatan senjata di Ukraina terus berlanjut di tengah upaya diplomasi multilateral yang melibatkan Amerika Serikat (AS), Rusia, dan sejumlah negara Eropa. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dan Menlu Rusia, Sergei Lavrov, melakukan pembicaraan telepon pada Sabtu, 15 Maret 2025, untuk membahas langkah-langkah selanjutnya dalam upaya mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama ini. Pembicaraan ini berlangsung di tengah proposal gencatan senjata selama 30 hari yang ditengahi AS, proposal yang telah diterima Ukraina dengan syarat Rusia menghentikan serangan di wilayah timur. Namun, tanggapan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap proposal tersebut masih belum jelas, dengan Putin mengajukan sejumlah persyaratan yang dinilai lebih luas daripada kesepakatan yang telah dirumuskan oleh AS dan Ukraina.

Situasi di lapangan juga mempengaruhi dinamika negosiasi. Keberhasilan militer Rusia di beberapa wilayah garis depan Ukraina telah menambah kompleksitas perundingan. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, mengkonfirmasi bahwa Rubio dan Lavrov sepakat untuk terus berupaya memulihkan komunikasi antara kedua negara, sebuah langkah yang krusial untuk membangun landasan perundingan yang lebih substansial. Ketidakpastian mengenai jadwal perundingan selanjutnya tetap membayangi, meskipun Arab Saudi disebut-sebut sebagai kandidat tuan rumah. Namun, belum ada pengumuman resmi mengenai tanggal dan tempat pelaksanaan perundingan tersebut.

Di tengah negosiasi AS-Rusia, tekanan internasional terhadap Rusia untuk menerima gencatan senjata semakin meningkat. Presiden AS Donald Trump, sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari 2025, telah aktif berupaya mengakhiri konflik dan membangun kembali hubungan diplomatik dengan Rusia, meskipun respons dari Moskow masih terbatas. Di Eropa, Inggris memimpin seruan internasional untuk mendukung Ukraina dan mendesak Rusia untuk segera terlibat dalam perundingan damai. Dalam sebuah KTT virtual pada 15 Maret 2025, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyerukan agar dunia internasional tetap fokus memperkuat Ukraina, menjaga gencatan senjata, dan menekan Rusia untuk berunding. Starmer menyoroti upaya Rusia untuk mengulur waktu dengan alasan perlunya kajian mendalam sebelum gencatan senjata dapat diterapkan.

Dukungan serupa juga datang dari Prancis. Presiden Emmanuel Macron menegaskan pentingnya langkah-langkah konkret untuk memastikan Rusia tidak menghindari proses gencatan senjata, bahkan mengancam akan memperketat sanksi jika Rusia tidak menunjukkan komitmen nyata pada perdamaian. Sementara itu, upaya keamanan juga sedang dibahas. Para pemimpin militer dari sekitar 30 negara telah bertemu di Paris pada 11 Maret 2025 untuk membahas potensi pengiriman pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina, dengan pertemuan lanjutan dijadwalkan di Inggris pada 20 Maret 2025. Situasi ini menunjukkan kompleksitas situasi di Ukraina, di mana negosiasi diplomatik berjalan beriringan dengan upaya keamanan dan tekanan internasional yang terus meningkat.

Berikut poin-poin penting dari situasi terkini:

  • AS dan Rusia mengadakan pembicaraan tingkat Menlu terkait gencatan senjata di Ukraina.
  • Ukraina setuju dengan gencatan senjata tanpa syarat, dengan syarat Rusia menghentikan serangan.
  • Rusia belum memberikan persetujuan, dan mengajukan persyaratan yang lebih luas.
  • AS, Inggris, dan Prancis meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Rusia.
  • Pertemuan militer membahas potensi pengiriman pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina.
  • Belum ada kepastian mengenai waktu dan tempat perundingan lanjutan antara AS dan Rusia.