Impor Barang Konsumsi Anjlok Jelang Ramadan: Buah-buahan dan Daging Menjadi Penyumbang Utama

Impor Barang Konsumsi Menurun Jelang Ramadan

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan penurunan signifikan pada impor barang konsumsi di bulan Februari 2025, menjelang bulan Ramadan. Nilai impor tercatat sebesar US$ 1,47 miliar, menunjukkan penurunan 10,61% secara bulanan dan penurunan yang lebih tajam sebesar 21,05% secara tahunan. Penurunan ini mencerminkan pergeseran tren perdagangan dan upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi dalam negeri.

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa penurunan ini didorong oleh berkurangnya impor beberapa komoditas utama. Sektor buah-buahan mengalami penurunan paling signifikan, dengan penurunan nilai impor mencapai US$ 60,9 juta secara bulanan. Rincian penurunan impor buah-buahan meliputi:

  • Jeruk Mandarin: Penurunan impor sebesar US$ 29,2 juta, dari US$ 44,9 juta menjadi US$ 15,7 juta.
  • Apel Segar: Penurunan impor sebesar US$ 17,9 juta, dari US$ 31,1 juta menjadi US$ 13,2 juta.
  • Cabai Genus Capsicum (kering): Penurunan impor yang sangat drastis, sebesar US$ 16 juta, dari US$ 16,4 juta menjadi hanya US$ 0,4 juta.

Selain buah-buahan, sektor daging hewan juga berkontribusi besar terhadap penurunan impor. Nilai impor daging hewan turun sebesar US$ 44,8 juta secara bulanan. Penurunan impor juga terlihat pada komoditas serealia, khususnya beras, dengan penurunan sebesar US$ 37,8 juta secara bulanan. Penurunan impor beras ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang tengah gencar mendorong peningkatan produksi beras dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Upaya Pemerintah dan Ketersediaan Domestik

Pemerintah secara aktif berupaya untuk mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan impor beras. Program peningkatan produksi dalam negeri terus digalakkan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan mengurangi tekanan pada neraca perdagangan. Hal ini terlihat dari penurunan impor beras secara kumulatif pada periode Januari-Februari 2025, yang mencapai 13,78% dan berkontribusi signifikan terhadap penurunan total impor barang konsumsi sebesar 14,28% pada periode yang sama. Keberhasilan ini menunjukkan potensi peningkatan swasembada pangan di Indonesia, khususnya untuk komoditas beras.

Penurunan impor barang konsumsi jelang Ramadan ini menandakan adanya pergeseran positif dalam strategi ketahanan pangan nasional. Namun, pemantauan dan evaluasi berkelanjutan tetap diperlukan untuk memastikan keberlanjutan tren ini dan memastikan pasokan barang konsumsi tetap terjaga di dalam negeri, khususnya selama bulan Ramadan dan Idul Fitri.

Meskipun terdapat penurunan impor pada beberapa komoditas, pemantauan terhadap potensi fluktuasi harga dan pasokan di pasar domestik tetap menjadi hal yang krusial. Langkah-langkah antisipatif perlu disiapkan untuk menghadapi potensi tantangan yang mungkin muncul, guna menjaga stabilitas harga dan ketersediaan barang konsumsi bagi masyarakat Indonesia.