Deradicalisasi Jemaah Islamiyah: Dialog, Pemberdayaan, dan Jalan Panjang Menuju NKRI

Deradicalisasi Jemaah Islamiyah: Dialog, Pemberdayaan, dan Jalan Panjang Menuju NKRI

Buku "JI The Untold Story: Perjalanan Kisah Jemaah Islamiyah", karya Kepala Densus 88 Polri, menawarkan perspektif yang mendalam tentang perjalanan organisasi radikal Jemaah Islamiyah (JI) di Indonesia. Buku ini tidak hanya memaparkan sejarah panjang JI, mulai dari pembentukannya hingga pembubaran diri dan komitmen kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tetapi juga mengupas secara rinci strategi deradikalisasi yang terbukti efektif. Berbeda dengan narasi umum yang kerap menonjolkan aspek kekerasan, buku ini menggali dinamika internal JI, perbedaan pandangan di antara anggotanya, serta faktor-faktor yang mendorong perubahan sikap mereka terhadap negara.

Melalui wawancara dan diskusi langsung dengan para mantan anggota dan pimpinan JI, buku ini mengungkap fakta-fakta penting. Salah satunya adalah pernyataan Ustaz Zarkasih, mantan Amir JI, yang menegaskan bahwa aksi terorisme yang dilakukan sejumlah anggota bukan merupakan perintah atau persetujuan organisasi secara keseluruhan. Perbedaan mendasar dalam menyikapi kekerasan di internal JI menjadi sorotan utama, membuka jalan untuk memahami kompleksitas deradikalisasi yang diterapkan. Buku ini juga menjelaskan secara detail keterkaitan JI dengan Al-Qaeda, sistem perekrutan anggotanya, afiliasinya dengan pesantren-pesantren tertentu, dan era baru JI yang berlandaskan 42 pertimbangan syar'i sebagai bentuk komitmen kepada NKRI. Lebih lanjut, buku ini menelusuri pengaruh konflik politik pasca kemerdekaan, khususnya pemberontakan DI/TII (NII), serta hubungan JI dengan Masyumi, partai politik yang didirikan tokoh besar Islam Indonesia, Mohammad Natsir. Hubungan tersebut memperkaya pemahaman tentang akar ideologi JI yang tidak hanya terbatas pada keterkaitannya dengan NII dan Al-Qaeda.

Strategi Deradikalisasi dan Peran Densus 88:

Buku ini secara khusus menyoroti strategi deradikalisasi yang diterapkan oleh pemerintah dan Densus 88. Pendekatan dialog dan pemberdayaan, yang berfokus pada pemahaman mendalam ideologi JI dan pembinaan ulang pemikiran keagamaan, disajikan sebagai kunci keberhasilan dalam mengembalikan anggota JI ke pangkuan NKRI. Proses ini melibatkan kajian mendalam ilmu fikih untuk memperbaiki pemahaman keagamaan yang keliru dan mencegah interpretasi ayat-ayat Al-Qur'an yang terpotong dan disalahartikan. Buku ini memberikan contoh konkret bagaimana pendekatan dialog mampu mengatasi akar permasalahan ekstremisme, dan memberikan bukti bahwa pembubaran JI merupakan buah dari kesadaran internal, bukan semata-mata tekanan aparat. Hal ini dikontraskan dengan pendekatan militer yang cenderung memperburuk situasi dan melahirkan kekerasan baru.

Kelemahan dan Kekuatan Buku:

Sebagai sebuah karya akademik, buku ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya terletak pada objektivitas penyampaian informasi dan paparan sistematis yang memudahkan pemahaman pembaca tentang perkembangan JI. Namun, kekurangannya terletak pada penggunaan istilah Arab yang mungkin menyulitkan pembaca awam dan kurangnya perspektif korban terorisme. Meskipun begitu, buku ini tetap menyajikan wawasan yang berharga tentang kompleksitas radikalisme dan pentingnya pendekatan humanis dalam penanganannya. Penggalan kalimat "Masa lalu tidak bisa dihapus, tetapi bisa menjadi fondasi untuk membangun masa depan yang lebih bagus; JI bukan lagi ancaman, melainkan bagian dari solusi untuk bangsa dan negeri ini." (halaman 293) merangkum esensi pesan yang ingin disampaikan buku ini.

Kesimpulan:

"JI The Untold Story" merupakan bacaan penting bagi siapa pun yang tertarik untuk memahami isu terorisme di Indonesia. Buku ini tidak hanya memberikan informasi faktual tentang JI, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan strategi deradikalisasi yang efektif, peran dialog dalam mengatasi ekstremisme, serta pentingnya memahami akar permasalahan radikalisme yang kompleks dan multi-faceted. Buku ini juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mencegah radikalisme sejak dini dan menciptakan kebijakan yang adil dan merata untuk mencegah munculnya kelompok-kelompok ekstremis di masa depan. Buku ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang peran dialog dan pemberdayaan dalam deradikalisasi, memberikan harapan bagi upaya membangun stabilitas nasional dan mencegah lahirnya kelompok radikal baru.