Masjid Kobe: Simbol Ketahanan dan Keragaman Budaya di Jepang
Masjid Kobe: Simbol Ketahanan dan Keragaman Budaya di Jepang
Masjid Kobe (神戸ムスリムモスク), yang berdiri megah di Kota Kobe, Jepang, bukanlah sekadar tempat ibadah. Bangunan bersejarah ini merupakan saksi bisu atas perjalanan panjang sejarah Islam di Jepang, sekaligus simbol ketahanan dan keragaman budaya negeri matahari terbit. Didirikan pada 2 Agustus 1935, masjid ini telah melewati berbagai cobaan, termasuk Perang Dunia II dan Gempa Bumi Hanshin Awaji yang dahsyat, namun tetap berdiri kokoh hingga saat ini. Ketahanan inilah yang membuatnya dikenal luas sebagai "The Miracle Mosque".
Sejarah pembangunan Masjid Kobe bermula pada awal abad ke-20, seiring meningkatnya jumlah komunitas Muslim di Kobe. Inisiatif pembangunannya digagas oleh M. A. K. Bochia, dengan Ferozzuddin sebagai donatur utama yang menyumbangkan lebih dari setengah biaya konstruksi yang mencapai 120.000 yen saat itu (setara dengan Rp 13 juta berdasarkan kurs saat ini). Peresmian masjid yang megah ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai negara, menandai sebuah tonggak penting dalam sejarah Islam di Jepang. Upacara peresmian yang dipimpin Ferozzuddin, ditandai dengan pembukaan pintu masjid menggunakan kunci perak dan lantunan Allahu Akbar yang menggema di langit Kobe. Azan Jumat pertama pun dikumandangkan dari menara masjid oleh Ferozzuddin sendiri, menandai dimulainya ibadah rutin di tempat suci ini.
Desain arsitektur Masjid Kobe yang unik, hasil karya arsitek Ceko Jan Josef Švagr, merupakan perpaduan harmonis antara elemen arsitektur Islam dan Jepang. Perpaduan ini mencerminkan keberagaman budaya dan toleransi yang menjadi ciri khas masyarakat Jepang. Keunikan arsitekturnya ini semakin memperkuat posisi masjid sebagai simbol penting integrasi budaya.
Ketahanan Masjid Kobe terhadap bencana merupakan bukti nyata kekuatan bangunan dan juga spirit komunitas Muslim di sekitarnya. Meskipun Kota Kobe hancur lebur akibat pengeboman selama Perang Dunia II, masjid ini tetap utuh dan berfungsi sebagai tempat ibadah. Begitu pula saat Gempa Bumi Hanshin Awaji tahun 1995 yang menghancurkan sebagian besar infrastruktur kota dan menewaskan ribuan orang, Masjid Kobe tetap tegak berdiri, menjadi simbol harapan dan ketabahan bagi masyarakat. Kisah ketahanan ini telah menjadikan Masjid Kobe sebagai landmark penting, sekaligus bukti nyata kerukunan dan toleransi antar umat beragama di Jepang.
Saat ini, Masjid Kobe terbuka untuk umum. Pengunjung, termasuk non-Muslim, dapat mengunjungi masjid ini dengan mudah, hanya dengan berjalan kaki sekitar 15 menit ke utara dari Stasiun JR Sannomiya atau 10 menit ke selatan dari Kitano Ijinkan-Gai. Masjid ini buka setiap hari dari pukul 10.00 hingga 18.00, kecuali hari Jumat yang buka dari pukul 14.00 hingga 18.00. Namun, pengunjung diharapkan untuk memperhatikan ketentuan kunjungan yang tertera di situs web resmi masjid sebelum berkunjung. Masjid Kobe bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga destinasi wisata yang memperlihatkan harmoni budaya dan ketahanan spirit manusia di tengah ujian.