Jahe vs. Kayu Manis: Studi Terbaru Ungkap Potensi Rempah dalam Mengelola Gula Darah

Jahe vs. Kayu Manis: Studi Terbaru Ungkap Potensi Rempah dalam Mengelola Gula Darah

Penggunaan rempah-rempah dalam pengobatan tradisional telah lama dikenal, dan kini penelitian ilmiah semakin mengungkap potensi manfaatnya bagi kesehatan, khususnya dalam mengelola kadar gula darah. Dua rempah yang sering disebut-sebut adalah jahe dan kayu manis. Namun, manakah yang lebih efektif dalam membantu mengontrol gula darah? Sejumlah studi terbaru memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai potensi masing-masing rempah ini.

Kayu manis telah lama dikenal sebagai rempah yang dapat membantu menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin. Manfaat ini telah didukung oleh beberapa penelitian. Namun, jahe juga menunjukkan potensi yang menjanjikan. Kandungan polifenol kuat seperti gingerol dalam jahe memiliki sifat anti-inflamasi, yang dapat berkontribusi pada keseimbangan kadar gula darah. Peradangan, seperti yang dijelaskan oleh Kanchan Koya, Ph.D., penulis buku Spice Spice Baby, dikaitkan dengan resistensi insulin dan kontrol gula darah yang buruk. Oleh karena itu, menyeimbangkan peradangan dengan rempah-rempah seperti jahe dapat memberikan efek positif pada kadar gula darah, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengkonfirmasi hal ini secara menyeluruh.

Sebuah meta-analisis yang diterbitkan dalam jurnal Nutrients tahun 2024 meneliti pengaruh berbagai rempah-rempah umum dalam pola makan Mediterania, termasuk jahe dan kayu manis, terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2. Studi ini menganalisis beberapa parameter, yaitu kadar glukosa darah puasa, hemoglobin terglikasi (A1C), dan kadar insulin. Hasilnya menunjukkan bahwa jahe, kurkumin, saffron, dan kayu manis secara signifikan menurunkan kadar gula darah puasa. Lebih lanjut, jinten hitam dan jahe membantu menurunkan A1C dan kadar insulin. Yang menarik, dari semua rempah yang diteliti, suplemen jahe dengan dosis 600 hingga 3.000 miligram per hari menunjukkan dampak signifikan terhadap ketiga parameter tersebut. Sebagai gambaran, 1.000 miligram jahe setara dengan sekitar setengah sendok teh jahe bubuk atau satu sendok teh jahe segar yang diparut.

Lebih lanjut, Colette Micko, RD, ahli gizi dan edukator diabetes dari Top Nutrition Coaching, menjelaskan bahwa beberapa penelitian menunjukkan jahe dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan memperlambat pencernaan karbohidrat, sehingga mengurangi lonjakan gula darah setelah makan. Temuan ini didasarkan pada meta-analisis 10 studi yang diterbitkan dalam Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine pada tahun 2018. Studi tersebut mengungkapkan bahwa jahe dapat menghambat enzim yang berperan dalam pencernaan dan penyerapan karbohidrat, memengaruhi jalur metabolisme glukosa, dan melindungi sel beta di pankreas yang memproduksi insulin. Selain itu, jahe juga memiliki manfaat tambahan dalam membantu menurunkan kadar kolesterol, yang penting bagi penderita pradiabetes dan diabetes yang berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular.

Meskipun penelitian klinis mengenai penggunaan jahe dalam kuliner masih terbatas, Dr. Koya menekankan bahwa memasak dengan jahe tetap memberikan manfaat kesehatan. Namun, konsumsi jahe dalam jumlah besar dapat memperburuk gejala heartburn atau refluks asam pada individu yang rentan. Penting untuk diingat bahwa mengonsumsi berbagai makanan nabati, termasuk rempah-rempah dan herbal, merupakan pendekatan holistik untuk mengelola gula darah. Mengandalkan satu jenis rempah saja tanpa perubahan pola makan lainnya tidak akan memberikan hasil yang signifikan. Kombinasi berbagai rempah, herbal, sayuran, buah, kacang-kacangan, biji-bijian, dan polong-polongan merupakan kunci dalam membangun pola makan seimbang untuk mengontrol gula darah.

Kesimpulan: Baik jahe maupun kayu manis menunjukkan potensi dalam mengelola gula darah, dengan jahe menunjukan hasil yang signifikan dalam beberapa parameter berdasarkan studi terbaru. Namun, penting untuk mengadopsi pola makan sehat secara keseluruhan, bukan hanya mengandalkan satu jenis rempah-rempah saja.