Meneladani Kesungguhan Rasulullah di 10 Hari Terakhir Ramadan
Meneladani Kesungguhan Rasulullah di 10 Hari Terakhir Ramadan
Bulan Ramadan telah memasuki dekade terakhirnya, periode yang sarat makna dan momentum spiritual bagi umat Islam. Semangat beribadah yang telah terbangun sejak awal Ramadan hendaknya tidak surut, bahkan justru semakin meningkat, mengingat keutamaan sepuluh hari terakhir ini dalam ajaran Islam. Hal ini mengingat pengampunan dosa yang dijanjikan Allah SWT bagi hamba-Nya yang bertaubat dan pahala yang dilipatgandakan bagi setiap amal kebaikan yang dilakukan. Lebih khusus lagi, sepuluh hari terakhir Ramadan menyimpan keistimewaan yang tak ternilai, termasuk kemungkinan terjadinya Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumut, Mahmud Yunus Daulay, dalam sebuah kultum baru-baru ini menekankan pentingnya meneladani kesungguhan Rasulullah SAW dalam menjalankan ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadan. Beliau merujuk pada hadis riwayat Muslim yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW meningkatkan intensitas ibadahnya pada periode ini melebihi waktu-waktu lainnya. Hadis tersebut menggambarkan kesungguhan Nabi dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT di penghujung bulan suci ini. Hal ini bukan sekadar peningkatan kuantitas ibadah, melainkan juga peningkatan kualitas, sebuah penghayatan spiritual yang mendalam dalam menjalankan perintah-perintah-Nya.
Lebih lanjut, Mahmud Daulay menjelaskan bahwa sepuluh hari terakhir Ramadan merupakan periode yang sangat mulia dan dicintai Rasulullah SAW. Keinginan mendalam untuk meraih Lailatul Qadar, malam penuh berkah dan kemuliaan, menjadi pendorong utama peningkatan ibadah tersebut. Hal ini dijelaskan melalui hadis lain yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk turut serta dalam ketaatan kepada Allah SWT. Hadis ini menggambarkan komitmen total Rasulullah SAW dalam memanfaatkan waktu yang berharga ini untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Sayangnya, Mahmud Daulay menyoroti perbedaan signifikan antara semangat beribadah Rasulullah SAW dengan sebagian besar umat Islam saat ini. Seringkali, semangat tersebut meredup di penghujung Ramadan, berbeda dengan antusiasme di awal bulan. Beliau menggunakan analogi tebu yang semakin ke ujung semakin hambar untuk menggambarkan fenomena ini. Kondisi ini menjadi sebuah renungan bagi umat Islam untuk senantiasa menjaga konsistensi dan semangat dalam menjalankan ibadah hingga akhir Ramadan.
Rasulullah SAW menjalankan berbagai amalan di sepuluh hari terakhir Ramadan. Beberapa amalan tersebut antara lain:
- Memperpanjang salat malam
- Memperbanyak sedekah
- Itikaf di masjid
- Tilawah Al-Quran
- Memperbanyak zikir dan doa
- Membangunkan keluarga untuk beribadah
- Menjauhi maksiat
Mahmud Daulay mengajak umat Islam untuk meneladani Rasulullah SAW, meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadan, dan senantiasa berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa. Dengan meneladani teladan terbaik umat manusia, diharapkan umat Islam dapat meraih keberkahan dan ampunan Allah SWT di penghujung Ramadan ini.